Di ruang tamu itu kita pernah saling mencintai sunyi, saling memecah angin, saling menertawai degup, dan mengidung mesra di sepanjang kisah.
Sofa kuning itu tahu sejarahnya bahwa kita pernah menitipkan pantat sampai benar menghangat, meja kaca bening yang jadi saksi bungkamnya, begitupun jam dinding menyebalkan yang selalu cepat berdetak juga ikut jadi saksi gerak kita.
"Bukankah memang di ruang tamu itu? selalu kita jadikan sebuah tempat di ujung rindu"