Ketika jiwa raga terpenjara oleh rindu yang begitu menggebu, tak ada cara untuk lari dari kejarannya, tidak ada yang mampu mengobatinya, dan kau pun M
Ya masih menjadi rahasia. Namun, langit malam bertabur bintang berbisik padaku
Di pagi yang cerah mentari bersinar, Alam terbangun dari tidur malamnya.
Pemberi koin selalu sombong dengan koin-koinnya, berusaha jadi penguasa dengan janji-janji belaka
Sudah, usap saja basah di cela-cela langit itu, ada aku
Barangkali mentari sebentar lagi bersinar. Menerpanya, menyirnakan embun itu
Sofa kuning itu tahu sejarahnya bahwa kita pernah menitipkan pantat sampai benar menghangat
Haruskah aku meminta agar bertemu kembali? Atau meminta-Nya mendatangkan pengganti?
Biarkan aku mengecup kasihmu, mendekap sayangmu, mengelus daun hatimu,
Tiupkanlah mantra sayang pada balik ubun-ubunnya; singgahkanlah
Kita pun menjadi teman yang saling menyembunyikan mau di balik bisu
Bertualang di dunia cinta, mengendarai permadani rindu, terus mengelilingi ruang asmara
Lantas, seperti biasanya kamu akan ikut menyapa lagi, "Selamat pagi, Honey!"
Empunya bintang yang berkedip di dalamnya, Sukmaku terpanggil liar memandangnya
Cerita tentang harta karun itu masih melegenda dalam jiwa
Lirih menggores kata biar terudara. Memintal doa dalam anggunnya tengadah,
Ini murni rindu, yang ku hanyutkan dalam hembus angin sore, sembari menatap senja
Buat apa pula cinta mengenalkan kita kepada sebuah ikatan
Dirimu lebih lembut dari angin yang melambai dengan manjanya
Bayangmu masih nyata dalam peluk ingatankuPandang terus menerawang ruang tak terpandang