Mohon tunggu...
Deo pastika
Deo pastika Mohon Tunggu... Mahasiswa

Salah satu mahasiswa di universitas Sriwijaya, Palembang Sumatera Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lunturnya Rasa Malu di Era Facebook Pro

12 Oktober 2025   06:16 Diperbarui: 12 Oktober 2025   06:19 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena ini tidak bisa disalahkan pada satu pihak saja, karena tanggung jawabnya bersifat kolektif.

Platform digital perlu memperketat pengawasan terhadap konten yang berpotensi merusak moral publik.
Pemerintah harus menegakkan regulasi tegas agar ruang digital tidak dipenuhi konten berbahaya.
Media dan masyarakat sebaiknya berhenti mengangkat konten memalukan hanya demi sensasi.
Keluarga harus berperan aktif mendidik anak agar memahami batas etika dalam bermedia sosial.

Kasus seperti "Grup Fantasi Sedarah" menjadi bukti bahwa tanpa pengawasan, dunia digital bisa menjadi lahan subur bagi penyimpangan moral dan kejahatan daring.

Langkah Perbaikan dan Harapan

Untuk mencegah kerusakan moral akibat media sosial, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Edukasi literasi digital sejak dini — agar generasi muda memahami etika dan tanggung jawab dalam menggunakan media sosial.
2. Kampanye kesadaran publik — agar masyarakat peka terhadap dampak sosial dari konten tidak pantas.
3. Kebijakan platform dan pemerintah — untuk memastikan sistem monetisasi tidak mendorong perilaku ekstrem.
4. Keteladanan dari tokoh publik dan kreator positif — agar masyarakat punya panutan yang menampilkan nilai-nilai moral tanpa kehilangan kreativitas.

Yang paling penting, kita perlu menghidupkan kembali makna rasa malu sebagai cermin moral, bukan sebagai hukuman sosial. Rasa malu justru menandakan seseorang masih memiliki hati nurani dan kesadaran diri.

Penutup

Fenomena "hilangnya rasa malu demi konten Facebook Pro" mencerminkan perubahan besar dalam cara masyarakat memandang kehormatan. Generasi kini bukan tidak bermoral, tetapi hidup dalam sistem yang lebih menghargai popularitas dibanding integritas.

Sudah waktunya kita bersama — orang tua, pendidik, dan warga negara — menanamkan kembali nilai-nilai sopan santun dan rasa malu dalam kehidupan digital. Dengan demikian, media sosial dapat menjadi sarana untuk berbagi manfaat dan pengetahuan, bukan tempat untuk mempermalukan diri sendiri demi sensasi sesaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun