Namun, akal punya batas. Ia hanya bisa menjangkau hal-hal yang bersifat empiris dan logis. Untuk menembus ke wilayah yang lebih dalam---wilayah rasa dan makna---maka diperlukan jalan kedua: hati.
2. Hati: Jalan Spiritualitas Menuju Kedekatan
Hati, dalam bahasa Arab dikenal sebagai qalb, bukan sekadar organ fisik, tetapi pusat rasa, kesadaran batin, dan intuisi spiritual. Dalam banyak tradisi Islam, mengenal Tuhan melalui hati berarti melalui proses penyucian jiwa, introspeksi, dan penguatan hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.
Salah satu konsep penting dalam mengenal Tuhan lewat hati adalah mujahadatun nafs---perjuangan melawan hawa nafsu. Ini adalah proses penyaringan dan pembenahan diri agar hati tidak tertutup oleh kesombongan, kesibukan duniawi, dan nafsu rendah. Hanya dengan hati yang jernih, seseorang bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupannya.
Cara-cara mendekatkan diri kepada Tuhan melalui hati antara lain:
- Dzikir (mengingat Allah secara terus-menerus)
- Doa yang tulus
- Ibadah yang khusyuk
- Tafakur (merenung dalam kesunyian)
- Menjauhi maksiat dan memperbanyak amal baik
Dari sinilah lahir rasa yakin yang lebih mendalam, yang dalam Islam disebut sebagai yaqin. Terdapat tiga tingkatan yaqin:
- Ilmul Yaqin: keyakinan melalui pengetahuan
- Ainul Yaqin: keyakinan melalui pengamatan langsung
- Haqqul Yaqin: keyakinan melalui pengalaman batiniah
Tingkatan tertinggi hanya bisa dicapai jika seseorang menyelaraskan akal dan hati---rasio dan rasa.
3. Harmoni Akal dan Hati
Akal tanpa hati bisa membuat seseorang kering secara spiritual. Ia mungkin memahami konsep Tuhan, tetapi tidak merasakannya. Sebaliknya, hati tanpa akal bisa membawa seseorang ke arah fanatisme atau kesesatan spiritual karena minim dasar logis. Islam mengajarkan keseimbangan: berpikir dengan logika, tetapi juga merasakan dengan empati dan intuisi.
Mengenal Tuhan bukan hanya soal memahami keberadaan-Nya, tetapi juga membentuk kesadaran ilahiah yang membimbing cara hidup seseorang. Ketika akal memahami bahwa Tuhan Mahakuasa, hati ikut tunduk dalam ketenangan dan kepercayaan total kepada-Nya. Maka, lahirlah pribadi yang bijak, tenang, dan penuh kasih.
Mengenal Tuhan melalui akal dan hati adalah proses yang terus berlangsung sepanjang hidup. Ia menuntut keterbukaan, kesungguhan, dan ketulusan. Dalam Islam, mengenal Tuhan bukanlah tujuan akhir, melainkan awal dari kehidupan spiritual yang lebih bermakna. Saat manusia mampu mengintegrasikan logika dan rasa, ia tak hanya mengenal Tuhan di pikirannya, tapi juga merasakan kehadiran-Nya dalam relung terdalam jiwanya.