Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tukang Urut Bayi Tradisional, Riwayatnya Kini

21 Juni 2019   20:54 Diperbarui: 29 Juni 2021   07:21 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengurut bayi kawan. (foto: dokumentasi pribadi)

Seiring perkembangan jaman, urusan perawatan bayi kini juga sudah modern. Terutama bagi mereka yang tinggalnya di daerah perkotaan. 

Membawa buah hati ke spa bayi, salon bayi, rumah vaksin dan lain-lain sudah bukan hal aneh lagi. Lalu bagaimana dengan nasib tukang urut bayi tradisional dengan adanya pergeseran tersebut?

"Di sini tukang urut bayi di mana ya?" tanya seorang ibu. 

"Kenapa bayinya, Bu?" tanya ibu yang lain. 

Baca juga: Tukang Urut Bayi dan Awak Kesel Dibutuhkan Masyarakat

"Rewel terus. Enggak mau tidur. Sudah ke dokter tapi enggak kenapa-napa kata dokternya. Saya ingat kata-kata almarhumah ibu. Sesekali bayi harus diurut. Biar badannya enggak sakit. Apalagi kalau bayinya tidak bisa diam. Takutnya kecengklak (keseleo)."

Percakapan di posyandu mengingatkan saya dengan kebiasaan ibu yang rutin membawa adik-adik saat bayi ke tukang urut. Begitu juga saat memiliki cucu. Hal yang sama ibu lakukan. 

"Keberadaan tukang urut bayi saat ini tak sebanyak dulu. Tak adanya regenerasi."

"Tidak semua hal bisa diatasi secara medis, tukang urut bayi tradisional itu bukan asal-asalan. Dia punya ilmunya juga yang tidak semua orang bisa," dalih ibu. 

Dan saya meyakini itu sebagai bagian dari upaya-upaya kita dalam mencari kesembuhan. Tidak berhasil di sini berarti coba di tempat lain. 

Baca juga: Derita Tukang Pijat dan Konsumen Pijat di Masa Pandemi

Ketika anak kawan saya menangis terus setiap hari, ibu menyarankan untuk membawanya ke tukang urut bayi. Awalnya kawan saya tidak mau. Ia lebih percaya kepada medis. Tetapi ketika dibawa ke dokter tak ada perubahan, akhirnya ia mencoba saran ibu. 

Saya pun mengantarkannya. Ajaib. Setelah diurut anak kawan saya itu bisa anteng dan tidur pulas. Malamnya menurut kawan saya, sudah tak rewel lagi. Bisa tidur nyenyak sampai pagi. 

Mengurut bayi kawan. (foto: dokumentasi pribadi)
Mengurut bayi kawan. (foto: dokumentasi pribadi)
Jika seperti ini, apakah kita harus mengabaikan tukang urut bayi? Bagi sebagian orang ada yang tak percaya. Bahkan takut membawa anaknya ke tukang urut. Namun sebagian yang lain justru sangat mempercayakan anaknya ke tukang urut. Semua ini soal keyakinan masing-masing. 

Baca juga: Nenek Sumiati: Perjuangan Tukang Urut yang Bekerja Demi Cucu dan Cicitnya

Saya pribadi karena mengalami sendiri manfaat dari adanya tukang urut bayi. Maka sampai sekarang biar pun kemajuan jaman sudah melesat maju. Tetap saja membutuhkannya. Bahkan rela mendatangi kediamannya yang jauh. 

Keberadaan tukang urut bayi saat ini tak sebanyak dulu. Selain sudah banyak orang tua yang beralih ke cara-cara modern. Juga karena tak adanya regenerasi. Ketika salah satu tukang urut langganan tiada., tak ada dari keturunannya yang mengikuti jejak si tukang urut. Alhasil selesai sudah karir tukang urut dalam keluarga itu.

Maka ketika ditanyakan bagaimana nasib tukang urut bayi tradisional saat ini? Tetap dibutuhkan, meski sudah sulit ditemui. (Ep)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun