"Aku coba panggil sekali lagi deh. Galih, Galih," ucap Yasir.
Anak-anak terkejut ketika pintu gerbang rumah Galih terbuka
"Eh, Yasir, Rara, Atta, maaf ya Galih tidak bisa keluar," kata Bi Endah.
"Baik, Bi, kami berangkat. Assalamualaikum," ucap anak-anak.
Awan yang melengkung di atas genting rumah lantai tiga milik pengusaha itu terlihat indah, putih di langit yang biru. Pagar tembok tinggi yang menjadi pembatas keceriaan seorang anak. Rasa sepi menggelayut di hati Galih. Meskipun ia belum menyadarinya jika ia terbelenggu oleh aturan rumah yang dibuat oleh orang tuanya.Â
Allahuakbar, allahuakbar.
Adzan ashar terdengar berkumandang dari masjid yang tidak jauh dari rumah Galih sehingga suaranya jelas sekali menembus dinding-dinding tinggi itu.
"Bi, itu suara apa?" tanya Galih.
""Suara adzan, Galih."
""Bi, bisa mengajarkan Galih adzan?"
Bi Endah terkejut mendengar pertanyaan Galih. Biasanya Galih hanya bertanya seputar film, game, ataupun yang berkaitan dengan komputer. Pak Bekti dan Bu Yuniar sudah menyediakan berbagai perlengkapan game di kamar Galih. Kamar yang cukup besar untuk ukuran anak yang baru duduk di kelas dua.