Sebagai guru olahraga, Pak Herdi memiliki badan yang tegap dan tinggi. Beliau masih muda sehingga mempunyai jiwa muda pula dalam memberikan pelajaran. Tidak jarang beliau mengajak kami untuk belajar di luar kelas.Â
Sesuai dengan suasana yang diinginkan kami semua. Kami pernah belajar di lapangan, di taman sekolah, atau dengan sistem bertukar ruangan kelas dengan kelas lima lainnya agar kami tidak bosan.
Satu hal lagi, Pak Herdi blum menikah. Baru tiga tahun beliau lulus dari kuliahnya dan langsung mengajar di sekolahku. Pada tahun ini, beliau dipilih menjadi wali kelas di kelasku.
"Bagus, kamu sudah mengerjakan tugasnya?" tanya Pak Herdi.
"Sudah, Pak! Kemarin Yosep dan teman-teman memberitahuku."
"Sekarang kumpulkan tugasnya. Dani, kamu tidak mengerjakan pekerjaan rumah lagi?"
"Maaf, Pak! Buku tugasku ketinggalan di rumah."
"Ya sudah. Sekarang kamu kerjakan tugas ini dan nanti kamu kumpulkan di meja Bapak."
"Iya, Pak!" jawab Dani dengan gemetar.
Bukan kali ini saja Dani tidak mengerjakan tugasnya. Tetapi Pak Herdi tidak pernah menghukumnya. Hanya memberikan tugas yang akan dikumpulkan hari ini. Mungkin ini bentuk pelajaran dari Pak Herdi agar Dani bisa mengerjakan tugasnya sesuai jadwal.
Di kelas lima, aku ditunjuk sebagai ketua kelas. Jadi, aku bertugas untuk mengumpulkan buku tugas teman-teman. Aku pun ditugaskan Pak Herdi untuk mengawasi Dani agar dia bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri. Belajar mandiri, itulah pelajaran yang diterapkan Pak Herdi kepada kami.