"Huuuhh!!" suara teman satu kelas.
Dani memberanikan diri untuk membaca puisinya. Puisi yang dibuat Dani tentang seekor katak. Tentu saja semua siswa dan Pak Herdi tertawa geli mendengarnya. Setelah semua siswa membaca puisi secara bergiliran, kami pun masuk ke kelas kembali. Â
***
Setelah pulang sekolah dan melewati perjalanan dengan riang, aku pun sampai di rumah. Setelah makan siang, aku pun langsung tidur. Ibu membangunkanku setelah waktu menujuk pukul tiga. Aku melihat ibu sedang sibuk di dapur. Setiap sore ibu akan membuat kue untuk dijual esok harinya. Selain ibu ada dua orang yang membantu ibu. Aku bukannya malas untuk membantu. Ibu selalu melarangku.
"Kalau kamu membantu, semuanya akan berantakan." Katanya di lain waktu.
"Ibu, hari Minggu besok aku dan teman-teman mau ke rumah Pak Herdi. Boleh, tidak?" tanyaku di saat ibu sibuk membuat adonan kue.
"Untu apa?" tanya balik Ibu.
"Hanya main saja." Kataku dengan santai.
"Selain main lebih baik kamu bawa buku pelajaran ke rumah Pak Herdi sekalian belajar."
"Ok, Bu."
Di hari Minggu yang cerah. Aku dan teman-teman berangkat menuju rumah Pak Herdi. Rumah Pak Herdi tidak begitu jauh dari kompleks tempat kami tinggal. Dengan memakai sepeda, hanya tiga puluh menit kami bisa sampai di rumah Pak Herdi. Aku, Bagus, Rihad, Nihal, dan Windi menggoes sepeda sambil canda tawa. Saling goda, saling ejek, dengan hati riang. Kami pun sampai di depan rumah Pk Herdi. Aku melihat Pak Herdi sedang mencuci motor Yamaha-nya.