Dahulu, di era kejayaan Islam, hampir setiap Masjid memiliki Perpustakaan, Sekarang?
Bagaimana dengan Masyarakat Indonesia? Sebagai bangsa yang mayoritas muslim ternyata juga memiliki budaya baca yang masih rendah.
Umat Islam Tertutup Dengan Nilai-Nilai Kebenaran
Islam menyuruh umatnya untuk IQRA (membaca), bukan dengan bunuh, bakar, gorok, ganyang, dan melakukan perlawanan dengan kata-kata makian.
Membaca adalah belajar. Membaca membuat kita menjadi manusia yang berwawasan dan membentuk umat yang beradab dan maju. Lucu rasanya, jika umat Islam dapat perintah IQRA tetapi umat lain yang melaksanakannya.
Jadi jangan salahkan umat lain jika Islam secara perlahan tergilas oleh perkembangan zaman. Bahkan diinjak dan dijajah dari berbagai sektor. Karena itu hukum alam, yang bodoh akan berada dibawah.
“Menurut mereka, umat Kristen itu tidak seperti Islam. Mereka tidak frontal. Biasanya mereka akan menjawab (buku) dengan buku.”
Miris bukan?! Ya begitulah kenyataannya. Islam sudah kehilangan kharismanya di mata umat lain. Beringasan, tidak punya tradisi menulis dan membaca.
Umat lain berperang dengan pengetahuan. Mereka banyak mencipta hal-hal baru. Mereka tidak membalas tekanan dengan ancaman dan hujatan. Mereka dengan tenang menanggapi semua itu dengan cerdas. Bukan dengan sikap beringas yang kampungan.
Dalam sebuat tulisan digambarkan;
ketika seseorang melakukkan penelitian untuk tesisnya tentang penerbitan buku,Da Vinci Code di Indonesia. Awalnya khawatir akan menyinggung rasa keragaman Katholik, ternyata penerbit memandang umat tersebut jauh lebih demokratis, terbuka, dan tak bertindak kekerasan dibanding kalangan Islam.
[Lihat saja bagaimana ketika karikatur atau fitnah ditujukan kepada Nabi Muhammad. Reaksi umat Islam menggila. Memaki, mencaci, dan mengancam. Cenderung bertindak secara fisik. Bukan membalas dengan ilmu dan cara elegant yang mampu menjatuhkan lawan]
Katholik?? Biasanya, bila ada kritik, mereka menanggapinya secara kritis pula. Ini terbukti dengan terbitnya banyak buku dan digelarnya forum-forum diskusi untuk mengkritisi atau mengiringi karya Dan Brown tersebut. Demikian hasil diskusi informal penerbit tersebut dengan anggota Indonesian Conference, Religion, and Peace (ICRP) dari kalangan Kristen/Katolik.