Tuhan pada zaman kuno, pada dasarnya mengalami perubahan besar-besaran, jika dilihat saat ini. Jika anda bertemu pada zaman primitive dulu, tuhan akan terlihat menyeramkan. Bahkan terlihat seperti monster untuk manusia zaman sekarang.
Tuhan pada zaman dulu seperti harus darah. Menyukai persembahan berupa korban nyawa manusia. Tuhan primitive terkesan melegalisasi perbudakan, pembunuhan, perang dan banyak hal keji lainnya. Mengerikan, jika diukur standarisasi kemanusiaan zaman sekarang.
Masih ingat tentang kisah Ibrahim yang diperintahkan oleh tuhan untuk menyembelih putranya sendiri, Ismail? Katanya sich cobaan.
Ada beberapa versi dalam kisah tersebut. Khususnya dari kepercayaan agama Islam dan Kristen.
Dalam kisah Al-Quran, Ibrahim as diberi mimpi. Menyembelih anaknya sebagai kurban kepada tuhan. Lalu, Ismail as menafsirkan mimpi ayahnya itu sebagai perintah Tuhan. Sebagai anak yang baik dan saleh, tentu Ismail menurut, karena menurut pemahamannya, mimpi ayahnya itu adalah perintah Tuhan. Sang ayah juga menafsirkan mimpi ini sebagai perintah. Ulama-ulama juga berkata bahwa mimpi yang dialami oleh para nabi merupakan wahyu. Ibarat kata ini merupakan sebuah ujian tentang ketakwaan terhadap tuhan.
Kalau membaca kisah penyembelihan ini melalui redaksi Bibel, perintah menyembelih Ishak ditulis sebagai perintah Tuhan kepada Abraham. (Dalam versi Bibel, yang rencananya akan disembelih adalah Ishak, anak ke-2 Ibrahim; bukan Ismail, anak pertamanya).
Dalam kisah ini, saya tidak ingin melihat perbedaannya. Karena percuma! Itu kisah kuno yang tidak mungkin bisa dibuktikan, mana paling benar. Saking kunonya, mimpi serem saja dianggap datangnya dari tuhan. Dan yang jelas sidak akan ada yang dapat bersaksi dizaman ini.
Tapi ada sebuah pelajaran penting yang bisa dipetik tentang perubahan Tuhan pada zaman itu.
Pertama tentang gambaran agama kuno zaman itu. Praktik pengorbanan manusia lazim dilakukan pada masanya: mengorbankan anak, pendeta, perempuan, manusia, dengan disembelih, diterjunkan ke jurang, atau dihanyutkan ke sungai/laut. Di skandinavia kuno, pendeta dikorbankan. Di mesir kuno, gadis cantik ditenggelamkan ke sungai Nil. Di peradaban Aztec, manusia disembelih di atas altar. Semua prinsifnya untuk menyenangkan tuhan.
Bahkan dalam teologi Paulus, anak-Tuhan sendiri juga dikorbankan, supaya Bapak-Tuhan mau/bisa mengampuni dosa-dosa manusia.
Terus apakah anda percaya bahwa waktu itu ada suara tuhan yang mengelegar dari langit. Dan meminta untuk menghentikan acara sakral pengorbanan manusia itu?