Mohon tunggu...
Dede Abdurahman
Dede Abdurahman Mohon Tunggu... Dosen Universitas Majalengka

Keharian saya dibagi untuk kegiatan mengajar di Universitas Majalengka, kegiatan sosial mengadvokasi Pasien Cuci darah di Wilayah Priangan Jawa Barat bagian timur. kalau ada waktu kadang saya menulis tentang teknologi dan pendidian, sekali kali suka juga nulis tentang korupsi di wilayah priangan dengan metode kajian dan observasi kelapangan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bagaimana Data Mining mengubah Nasib Pengrajin Bambu Majalengka

22 September 2025   06:01 Diperbarui: 22 September 2025   06:01 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabupaten Majalengka dianugerahi kekayaan alam yang melimpah, salah satunya adalah bambu. Di tangan-tangan terampil para pengrajin di Desa Genteng, Kecamatan Dawuan, bambu-bambu ini menjelma menjadi produk kerajinan bernilai seni tinggi, mulai dari perabotan rumah tangga hingga furnitur menawan. Keterampilan menganyam yang diwariskan turun-temurun menjadi modal utama mereka.

Namun, ada sebuah paradoks. Di tengah potensi yang begitu besar, para pengrajin yang tergabung dalam Karang Taruna Desa Genteng ini menghadapi tembok besar: daya saing yang rendah. Produk mereka cenderung tradisional, minim inovasi, dan yang terpenting, pemasarannya masih sangat konvensional dan terbatas pada pasar lokal dan promosi dari mulut ke mulut. Di era digital ini, keterampilan memproduksi saja ternyata tidak cukup.

Melihat kondisi ini, tim kami dari Universitas Majalengka, dengan dukungan pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, tergerak untuk menjalankan Program Pengabdian Kemitraan Masyarakat (PKM). Pertanyaan besar kami adalah: "Bagaimana jika para pengrajin ini memiliki 'bola kristal' yang mampu menunjukkan produk apa yang sebenarnya diinginkan pasar dan bagaimana cara menjangkau mereka secara luas?"

Sebelum intervensi dilakukan, kami melakukan analisis mendalam terhadap kondisi mitra. Hasilnya mengonfirmasi dua tantangan utama:

  • Di Sisi Produksi (Hulu): Desain produk yang dihasilkan masih bersifat tradisional dan belum ada riset pasar untuk memahami tren konsumen modern. Proses produksi juga masih mengandalkan peralatan manual sederhana, membuat kapasitas dan efisiensinya terbatas.
  • Di Sisi Pemasaran (Hilir): Jangkauan pasar sangat terbatas karena strategi pemasaran masih tradisional. Kurang dari 20% anggota bahkan hanya sekadar memiliki media sosial, tanpa pemanfaatan optimal untuk bisnis10. Mereka belum melek digital untuk memperluas pasar.

Kondisi ini membuat mereka rentan kalah saing. Mereka terus memproduksi, namun belum tentu produknya sesuai dengan selera pasar yang lebih luas. Solusi Cerdas adalah menikahkan Data Mining dengan Pemasaran Digital.

Untuk menjawab tantangan tersebut, kami tidak hanya memberikan alat, tetapi juga sebuah metodologi berpikir yang baru. Pendekatan kami terpadu, dari hulu hingga hilir.

  • Riset Pasar Modern dengan Data Mining

Bagi sebagian orang, "Data Mining" mungkin terdengar rumit. Sederhananya, data mining adalah proses menemukan pola-pola tersembunyi yang bermanfaat dari kumpulan data yang sangat besar. Ini seperti menjadi seorang detektif digital yang menganalisis jejak-jejak percakapan di media sosial, tren pencarian di Google, dan data penjualan di e-commerce untuk menemukan "wawasan yang dapat ditindaklanjuti" (actionable insights), Kami melatih para pengrajin untuk menggunakan model data mining sederhana guna menganalisis tren pasar. Tujuannya adalah untuk menjawab pertanyaan seperti: "Kerajinan bambu jenis apa yang sedang banyak dicari?", "Desain seperti apa yang disukai konsumen urban?", "Berapa rentang harga yang paling kompetitif?". Dengan ini, keputusan produksi tidak lagi berdasarkan asumsi, melainkan data. Pendekatan ini sejalan dengan kerangka kerja pemasaran digital yang sistematis, di mana analisis data menjadi fondasi untuk segmentasi pasar dan penentuan strategi.

Wawasan dari data mining tidak akan berarti tanpa eksekusi. Hasil analisis tren pasar tersebut kemudian kami terjemahkan ke dalam desain produk yang inovatif dan modern menggunakan perangkat lunak desain seperti AutoCAD. Tujuannya adalah mencapai apa yang disebut sebagai one-to-one marketing, yaitu menciptakan produk yang begitu sesuai dengan keinginan segmen pelanggan tertentu16. Kami juga memperkenalkan Teknologi Tepat Guna (TTG) seperti mesin potong modern, mesin bubut, dan kompresor untuk meningkatkan efisiensi dan standarisasi kualitas produksi.

  • Pemasaran Digital yang Tepat Sasaran

Memiliki produk unggulan saja tidak cukup; produk tersebut harus sampai ke audiens yang tepat. Kami mengadakan serangkaian pelatihan intensif mengenai pemasaran digital, mencakup: 

  • Fotografi Produk: Mengubah produk biasa menjadi luar biasa secara visual.
  • Pembuatan Konten Promosi: Mendesain poster dan unggahan menarik dengan Canva.
  • Manajemen Platform Digital: Mengelola akun media sosial (Facebook, Instagram) dan membuka toko di marketplace (Shopee, Tokopedia) secara profesional

Tujuan akhirnya adalah memahami e-customer behavior atau perilaku konsumen online. Dengan menganalisis jejak digital dimana produk yang paling sering dilihat, komentar apa yang paling sering muncul dan para pengrajin dapat terus menyempurnakan strategi pemasaran mereka20. Mereka belajar untuk memandu konsumen melalui tiga fase penting,  dari Awareness (kesadaran produk), Exploration (menjelajahi pilihan), hingga Commitment (melakukan pembelian).


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun