Mohon tunggu...
Khomairoh
Khomairoh Mohon Tunggu... Karyawan swasta

Penikmat kopi dan diskusi mendalam. Di Kompasiana, saya mencoba merangkai pikiran tentang 2 - 3 Topik. Menulis adalah cara saya belajar dan berbagi. Mari terhubung!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengubah

21 Agustus 2025   21:28 Diperbarui: 22 Agustus 2025   12:30 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

"Biar 'Commuting' Tak Bikin Stres, Bagaimana Caranya?" mengangkat isu yang sangat relevan bagi jutaan orang di kota-kota besar: stres akibat perjalanan harian ke tempat kerja atau commuting. Sebagai seseorang yang juga merasakan "nikmatnya" commuting setiap hari, saya merasa terpanggil untuk menanggapi artikel tersebut dengan lebih mendalam. Mari kita bedah masalah ini, mencari akar penyebabnya, dan menawarkan solusi yang lebih komprehensif.

 

Akar Masalah: Lebih dari Sekadar Macet

Kemacetan jelas merupakan faktor utama penyebab stres saat commuting. Berjam-jam terjebak di jalan, dikelilingi kendaraan lain yang juga tidak bergerak, adalah resep sempurna untuk meningkatkan kadar kortisol (hormon stres) dalam tubuh. Namun, masalah commuting sebenarnya lebih kompleks dari sekadar kemacetan.

 

1. Ketidakpastian dan Kurangnya Kontrol: Salah satu aspek paling membuat frustrasi dari commuting adalah ketidakpastian. Kita tidak pernah benar-benar tahu berapa lama perjalanan akan memakan waktu. Kecelakaan, perbaikan jalan, atau bahkan sekadar volume lalu lintas yang lebih tinggi dari biasanya dapat menyebabkan keterlambatan yang signifikan. Kurangnya kontrol atas situasi ini dapat memicu perasaan cemas dan tidak berdaya.


2. Kepadatan dan Kurangnya Ruang Pribadi: Baik menggunakan transportasi umum maupun kendaraan pribadi, commuting sering kali berarti harus berdesakan dengan orang lain. Dalam transportasi umum, kita harus berbagi ruang dengan orang asing, sering kali dalam kondisi yang tidak nyaman. Bahkan dalam mobil pribadi, kita tetap merasa "terjebak" dalam ruang sempit, tanpa bisa bergerak bebas.

3. Kebisingan dan Polusi: Lingkungan commuting sering kali penuh dengan kebisingan dan polusi. Suara klakson, deru mesin, dan percakapan orang lain dapat mengganggu konsentrasi dan memicu stres. Polusi udara juga dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental kita.

4. Perasaan Kehilangan Waktu: Waktu yang dihabiskan untuk commuting sering kali dianggap sebagai "waktu yang terbuang". Kita merasa bahwa waktu tersebut seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih produktif atau menyenangkan. Perasaan ini dapat memicu frustrasi dan penyesalan.

5. Dampak pada Kesehatan Fisik: Selain stres, commuting juga dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik kita. Duduk terlalu lama dapat menyebabkan masalah punggung dan leher. Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit jantung. Polusi udara dapat memperburuk masalah pernapasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun