Mohon tunggu...
Dede Ahmad Ramdhan
Dede Ahmad Ramdhan Mohon Tunggu... Freelancer - RA94

Punten Numpang Nulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jalan Setapak

7 Februari 2021   06:26 Diperbarui: 7 Februari 2021   14:55 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.deviantart.com/ra94

Jalan setapak, rumput-rumput memandang, batu kerikil ditendang-tendang

Nyanyian burung walet di angkasa, melesat diantara awan merah sang pencipta

Jembatan ini dulunya pohon kelapa,berbuah dinikmati petani yang haus dahaga

Sekarang mati diatas sungai hitam putih tandus dari peristiwa yang dihapus

Impian manusia melihat dunia tak sanggup dirinya menerima lautan emas memisahkan segalanya

Berlayar dilautan lepas terkail pada yang lurus, di atas cangkir yang mengendus

Kaki-kaki suci itu berkeliaran,putih menutupi warna-warni yang berhamburan

Hitam menikmati, di bawah semua kejadian yang terjadi

Kelopak mata ini menghitam di atas mata yang memerah, di dalam otak yang tenggelam di samping telinga yang berdarah

Di depan mulut terdiam berkata-kata tapi KATA KATA KATA KATA KATA KATA NYATA KATANYA KATA KATA KATA  KATA KATANYA KATA liar muncul entah dari mana, menyebar kemana-mana

Tangan-tangan tidak bertuan melayang hanya bisa mengikuti tanpa akal pikiran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun