Begitu juga dengan Montiel. Dia bahkan tidak perlu istirahat untuk menghadapi gempuran pemain lini sayap Brasil yang mengalami penyegaran di babak kedua. Keberadaan Vinicius Jr. dan Emerson harus mentah karena Montiel belum menyerah untuk mempertahankan kedudukan.
Nama terbaik yang bisa dikatakan mampu menjawab pertanyaan tentang siapa yang bisa menetralisir Neymar adalah De Paul. Pemain asal Udinese ini ternyata berhasil menjaga lini tengah Argentina untuk tidak terlalu porak-poranda akibat keterampilan Neymar.
Kemudian, dalam hal nonteknis, Otamendi dan Di Maria bisa dikatakan berhasil "memperhalus" daya juang rekan-rekannya. Otamendi bisa memancing emosi lawan, sedangkan Di Maria bisa menjadi pembeda dalam hal mengeksekusi peluang penting Argentina.
Pemain seperti Lautaro Martinez atau Nicolas Gonzalez yang kali ini dicadangkan, bisa saja menyia-nyiakan peluang berhadapan langsung dengan Ederson Moraes. Artinya, sebagus-bagusnya pemain, pengalaman biasanya menjadi kunci yang dapat membedakan penyelesaiannya.
Lalu di mana Lionel Messi?
Sebenarnya, Messi juga berperan dalam segi nonteknis dan teknis. Namun, porsinya cenderung seperti kartu As yang baru akan muncul di momen-momen tertentu saja.
Dia juga tahu kapan harus membantu rekannya untuk bertahan, dan kapan harus menguasai bola saat menyerang. Sekalipun dia seperti Neymar yang bisa menarik perhatian lawan, namun Messi cenderung muncul bersama rekan-rekannya.
Tidak seperti Neymar yang kurang mendapatkan dukungan secara konstan dari rekannya. Tite sebenarnya menyiapkan Richarlison dan Everton untuk mendukung Neymar.
Tetapi, Richarlison yang diharapkan dapat meringankan beban Neymar cenderung timbul-tenggelam performanya. Begitu juga dengan Everton yang cenderung seperti terlambat panas.
Ini yang berbeda dengan Messi yang mempunyai beberapa pemain yang bisa dikatakan konstan membantu pergerakannya di babak pertama maupun babak kedua. Ada Di Maria dan De Paul yang bisa dikatakan mampu mengimbangi visi bermain Messi.