Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Manchester "Bruno" United?

7 Januari 2021   13:01 Diperbarui: 8 Januari 2021   23:30 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bruno Fernandes sangat diandalkan Manchester United. Gambar: Getty Images via Manchestereveningnews.co.uk

Sebelum pertandingan semifinal Piala EFL (7/1) tergelar, saya sebenarnya sudah berlawanan pendapat dengan prediksi yang sempat saya baca satu jam sebelum sepak-mula. Alasannya pun hanya dua untuk membantah prediksi bahwa Manchester United akan menang di laga itu.

Pertama, Manchester United dalam satu tahun terakhir, yaitu sejak 2020 lalu adalah klub yang susah diprediksi. Ketika Anda memprediksi Man. United menang, peluang klub itu menang justru mengecil.

Begitu pula sebaliknya. Jika Anda memprediksi Man. United kalah, malah klub itu akan punya peluang besar untuk menang. Mengapa bisa begitu? Apakah itu aneh?

Menurut saya justru tidak aneh, karena Manchester United memang bukan klub yang konsisten. Klub ini juga tidak bisa memikul beban dari publik, dan itu sebenarnya sudah terbukti sejak musim 2019/20 selesai.

Apa yang mereka dapat?

Peringkat 3. Tetapi, apakah itu berdasarkan beban atau prediksi publik?

Saya pikir tidak. Justru pencapaian itu berasal dari upaya mereka menjawab keraguan publik yang tidak memperhitungkan mereka untuk mengakhiri musim di zona Liga Champions.

Artinya, Manchester United seperti Sheffield United di musim lalu. Tim kejutan.

Mereka seperti anak SD yang mau diajak ke warung lotre untuk mencoba mendapatkan hadiah pedang-pedangan. Kalau hoki, syukur dapat. Kalau tidak, ya sudah pulang saja sambil menahan tangis.

Hal ini diperkuat dengan hasil yang mereka dapat untuk menjejakkan diri di partai semifinal Liga Europa 2019/20 lalu. Mereka sangat berupaya mencari hoki, tapi sayangnya mereka juga harus ingat bahwa hoki juga ada yang bisa diatur sedemikian rupa agar hokinya semakin besar.

Kebetulan, yang mampu melakukannya adalah Sevilla yang kemudian juga menjadi juara kompetisi tersebut. Dari sini kita bisa melihat bahwa Manchester United belum bisa menjadi tim yang dapat diberikan beban untuk berprestasi.

Mereka seperti anak kuda yang syukur-syukur tahu jalan pulang saat senja menghilang. Artinya, kalau ingin melihat Manchester United juara atau mencapai sesuatu yang hebat, biarkan saja mereka melakukannya tanpa prediksi bahwa mereka akan menang atau juara.

Siapa tahu, justru dengan begitu mereka terpacu untuk membuktikan diri. Ini juga sudah terlihat saat mereka dikalahkan oleh Arsenal, padahal mereka awalnya sangat dijagokan dapat membantai pertahanan Arsenal. Tetapi, apa kenyataannya?

Itulah yang membuat saya tersenyum ketika membaca prediksi terkait Manchester United yang akan menang di semifinal ini. Walaupun, di sisi lain saya mewajarkan itu terjadi.

Membuat prediksi bola itu sudah jamak kok dilakukan. Bahkan, saya juga tidak jarang membuat prediksi. Hanya, kebanyakan prediksi yang saya tulis malah sering meleset daripada yang hanya sekadar menceletuk di pikiran. Mungkin, belum bakat jadi CPB, ya?

Saya lanjut ke alasan kedua, yaitu yang sudah saya pampang di judul, bahwa Manchester United saat ini adalah BFC, alias Bruno Fernandes Club. Ketika Bruno Fernandes tampil bagus, maka Manchester United akan menang alias meraih hasil bagus.

Tetapi, di sisi lain saya juga menolak anggapan bahwa indikator Bruno Fernandes bermain bagus adalah ketika Bruno dapat "selalu kelihatan" di setiap fase laga. Entah per sepuluh menit, per 20 menit, atau hanya satu babak.

Justru, saya melihat Bruno membuat efek kepada Man. United adalah di momen-momen tertentu saja. Karena, tidak jarang pula dia hanya "nongol" sepuluh menit, tapi langsung membuat operan kunci, asis, atau juga gol.

Nongol di sini diartikan sebagai dia melakukan sentuhan krusial pada bola entah ketika momen bertahan atau momen membangun serangan. Di antara dua momen itulah biasanya Bruno membuat efek untuk permainan Man. United.

Patut diingat bahwa Bruno Fernandes bukan pemain bertipe playmaker yang hanya memasang badan tidak jauh dari lingkaran tengah lapangan. Saat bertahan, dia juga dapat berdiri sejajar dengan Fred, McTominay, atau Nemanja Matic.

Dia juga bisa berada di dalam kotak penalti sendiri ketika dia merasa timnya sedang butuh bantuan untuk menutup celah pertahanan. Artinya, melihat Bruno apakah nongol atau tidak, bukan hanya pada perannya dalam membangun serangan, tetapi juga saat timnya bertahan.

Itu seperti ketika mereka kalah melawan Basaksehir di Liga Champions. Saat itu siapa yang lebih cepat mundur ke belakang mengisi ruang kosong di area kotak penalti Manchester United?

Bruno Fernandes.

(Coba perhatikan rentetan gambar ini)

Saat derbi Manchester berakhir 0-0 di Premier League 2020/21 (12/12). Gambar: Whoscored.com
Saat derbi Manchester berakhir 0-0 di Premier League 2020/21 (12/12). Gambar: Whoscored.com
Saat Manchester City menang 0-2 di derbi jilid dua musim 2020/21. Gambar: Whoscored.com
Saat Manchester City menang 0-2 di derbi jilid dua musim 2020/21. Gambar: Whoscored.com
Rincian performa Bruno di dua pertemuan Man. United vs Man. City. Gambar: diolah dari Whoscored.com
Rincian performa Bruno di dua pertemuan Man. United vs Man. City. Gambar: diolah dari Whoscored.com
(Apakah rating dan performa Bruno berbeda jauh?)

Berdasarkan contoh dua laga itu yang mana satu laga lama saya jadikan sebagai salah satu acuan dalam menilai performa Bruno di sebuah laga penting (big match), maka bisa dilihat bahwa Bruno Fernandes tidak selamanya dapat bermain bagus. Saat seperti itu, permainan Man. United juga terpengaruh--kurang produktif--dan biasanya menjadi lebih fokus bertahan.

Dan, karena ketergantungannya Man. United terhadap performa Bruno itulah yang membuat saya berpikir bahwa laga semifinal melawan Manchester City akan menjadi pekerjaan sangat berat bagi Man. United untuk menang. Karena, mereka terlalu ditopang oleh Bruno Fernandes.

Mengandalkan satu pemain kunci untuk melawan tim kompleks seperti Manchester City, memangnya bisa?

Sebenarnya bisa saja jika Manchester United memiliki kartu As lain selain Bruno. Itu seperti ketika di musim 2018/19, kita bisa melihat Tottenham Hotspur punya Son Heung-min selain Harry Kane sebagai pencetak gol.

Man. United sebenarnya bukan tanpa pemain hebat. Mereka juga punya Marcus Rashford, yang biasanya paling cocok dengan permainan Bruno Fernandes. Tetapi, Marcus Rashford juga bukan pemain yang konsisten.

Faktor usia yang masih muda membuatnya masih sering membuat keputusan salah. Itulah yang membuat Manchester United bingung.

Dan, benar. Manchester United di laga ini terlihat bingung, karena terus bertahan juga kebobolan, bermain terbuka juga kembali kebobolan. Akhirnya, hasil laga seperti yang sudah kita ketahui bersama, Manchester United bersama Ole Gunnar Solskjaer kembali mentok di laga semifinal dengan kekalahan 0-2 dari Manchester City.

Tetapi, hasil ini sebenarnya tidak perlu diratapi, khususnya oleh penggemarnya. Kembali optimis adalah cara yang lebih bagus. Walau sekali lagi, saya lebih ingin melihat Manchester United tidak diberikan tekanan--suporternya tidak cepat jumawa kalau klubnya menang terus--agar mereka bisa bermain lebih lepas dan fokus.

Semangat Setan Merah!

~

Malang, 7 Januari 2021
Deddy Husein S.

Terkait: Kompas.com dan Detik.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun