Jalan Rumit Manchester United dan Tugas Berat Jim Ratcliffe

Kemenangan Manchester City (3-1) atas Manchester United (MU) menyisakan pil pahit. Slogan "Manchester is blue" seperti mempertegas bahwa MU berada di bawah bayang-bayang dominasi Man City. 

Pernyataan itu tak berlebihan apabila menimbang kiprah Man City dalam satu dekade terakhir. Man City mendominasi Liga Inggris. 

Sebaliknya, MU seperti berjalan ke belakang. Tepatnya, semenjak kepergian Sir Alex Ferguson dari kursi pelatih. 

MU bukannya tanpa usaha untuk mencari sosok pengganti Sir Alex Ferguson. Namun, langkah itu tak segampang membalikkan telapak tangan. Pelatih keluar masuk di Old Trafford dan dibarengi pembelian pemain yang harganya tak sedikit tetap tak mengubah keadaan MU. 

MU seperti menjadi tim medioker. Sudah lebih 10 tahun, klub berjuluk Setan Merah ini tak mengangkat trofi Liga Inggris. Padahal, di era 90-an, dominasi MU seperti tak tertandingi di daratan Inggris. 

Memang, tiap tim ada masanya. Namun, pernyataan itu pun tak bisa menjadi alasan untuk membenarkan situasi yang terjadi pada tim lantaran dari sisi komposisi skuat dan langkah pembelian pemain serta perekrutan pelatih, MU sementara mencari cara untuk kembali berjaya di Liga Inggris. 

Langkah itu tampaknya kembali mentok di musim ini. Kekalahan dari Man City menjauhkan MU dari empat besar, yang mana MU berjarak 11 poin dengan Aston Villa yang sementara duduk di posisi empat klasemen Liga Inggris. 

Situasi kian menantang ketika Liga Inggris musim hanya menyisakan 11 laga. Hal ini makin rumit karena Aston Villa yang sementara berada di empat besar tak boleh dipandang sebelah mata. 

Langkah MU untuk masuk empat besar makin rumit. Caranya adalah dengan berupaya mendapatkan poin penuh hingga akhir musim. Tentu saja, upaya itu bisa terjadi apabila Aston Villa juga mendapatkan hasil negatif di laga tersisa.

Situasi MU musim ini cukup sulit. Pelbagai upaya untuk menaikkan performa MU sepertinya tak menemukan titik temu.