Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Panitia Pemilihan Kecamatan

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ide Puisi: Pohon

20 September 2021   22:14 Diperbarui: 20 September 2021   22:46 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pohon (Unsplash/Niko Photos)

Tadi pagi aku melihat mereka di dalam kepompong yang tergantung di dahan-dahan pohon, tak bisa ke mana-mana.

Siangnya mereka merayap sebagai ribuan serdadu semut di antara cabang-cabang menuju rumah-rumahan di belakang rumah, semut-semut yang mampu menyerang sangat cepat dan tak terduga.

Sekarang mereka adalah pohon itu, yang menjadi rumah kepompong, serdadu semut, dan rumah-rumahan;
rumah yang terus-menerus haus akan dada bumi yang mengalir, manis;
rumah yang hidup akrab dengan hujan, yang di dadanya kesejukan merebahkan diri;
rumah yang memakai sarang burung di rambut;
rumah yang memandang Tuhan sepanjang hari, mengangkat tangan rantingnya yang berdaun untuk berdoa;
rumah yang akan roboh oleh tangan-tangan seperti punyaku, seolah empunya.

Puisi dibuat oleh diri bodoh sepertiku, tapi hanya Tuhan yang bisa membuat pohon -- rumah bagi puisi terindah yang pernah kulihat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun