Aku ingin sekali berlayar melintasi mata, andai ada yang menemani.
Semua puisiku bergantengan tangan meninggalkanku. Aku diajak ke tebing untuk menyaksikan mereka melompat ke dalam jurang tanpa dasar dan nama
Di tepi bantaran sungai, Dengan suara burung dan sungai yang menggelegak
Malam ini, aku duduk di dekat jendela yang terbuka dan membaca sampai pelita padam.
Pikiranku seperti cermin: Ia melihat apa yang dilihatnya, dan mengetahui apa yang diketahuinya.
Aku bisa menyentuh, tanpa disentuh. Bisa dibungkam hanya dengan satu sentuhan jari. Tapi sekali menghujam jantung, raja-raja pun bungkam.
Menyalakan rokok terakhir seperti meratapi tangan kekasih di gagang pintu.
Aku berbalik di atas kerikil dan kembali ke rumah untuk mengambil buku, atau sesuatu untuk dibaca sambil menunggu di rumah sakit.
Sunyi jarang terjadi dalam keheningan penyair yang sedang menari. Tinta panas menyala. Menetes dari Imajinasi seperti lahar tumpah dari gunung berapi.
Dindingnya terbuat dari cermin, merefleksikan setiap sisi diriku.
Puisi tentang para pejuang kemanusiaan.
Tanaman tercinta, teman lama yang mengajakku bernafas, tertawa lepas, dan pasrah...
Tentang debur ombak dan lukisan pasir tepi pantai....
Puisi yang berisi tentang penyesalan yang selalu d di depan.
Puisi tentang suasana hati pada tanggal 1 Januari.
Puisi yang berisi refleksi tentang cinta dalam hidup seseorang.
Virus menghujani hidup kita dan mulai menggenang di jalanan
Kebahagiaan itu sulit dipahami seperti anginDatang dan pergi seperti burung yang bermigrasi,Suara gema lonceng yang turun dari gereja di bukit.
Sudah terlambat untuk berkencan dengan sebuah kenangan!
Kuteringat akan janji yang pernah penting. Baca Puisi tentang perpisahan di sini