Kembang sepatu yang kusuka, kini berkelopak kisut tak memadat
Kemarin ia masih segar, wangi nan menggoda mata
Tanda kelemahan selalu tiba
Aku menyayanginya, lalu menyayangkan perubahan yang terjadi padanya
Sebelum mawar merah muncul di hadapanku, dan menyita sebagian nafasku
Indah, begitu indah sampai membutakan logika
Kusadari ini bukan jalan yang benar
Ini keliru, lebih keliru daripada matahari yang terbit dari barat
Namun tanganku tak sanggup mencegahnya, apalagi hatiku yang terus dipesonanya
Hingga ia perlahan memudar, cantiknya berkurang dan sejuknya menghilang
Tak lagi merah, tak lagi meriah
Ia tersungkur dalam satu tempat bersama kembang sepatu dan kenangan mereka
Lemah berkunjung lagi
Aku mengingatnya, lalu mengingat bahwa aku lupa akan kerapuhannya
Sebelum serbuk bunga matahari terbang di depanku, dan menghalangi matahari yang melayang di atas kepalaku
Kuamati ia dengan penuh kagum, lalu kujamah tiap putiknya
Cerah, saking cerahnya hingga menyilaukan ingatanku
Akan makam bunga - bunga pendahulunya