Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepeda Ontel Milik Pak Cik

29 Mei 2020   03:02 Diperbarui: 29 Mei 2020   03:01 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tua
Ringkih
Pelan
Sepeda ontel Pak Cik

Besinya sudah berkarat
Kulitnya telah terkelupas
Rantai seret

Pak Cik masih mengayuh
Berat dan lambat
Membonceng sekarung gabah

Jalan menanjak
Kayuhan makin berat
Sampai tak kuat lagi

Kayuhan berhenti
Ontel roboh
Pak Cik jatuh
Gabah tumpah
Bengkok, patah, berserakan

Pak Cik tertegun di tengah jalan
Duduk termenung, siku di lutut
Memandang itu semua

Ingin ia kembali
Menuruni jalan pulang
Ia lihat
Betapa leganya turunan itu

Lelah karena terus mengayuh
Jenuh karena terus mengulang
Pak Cik menghela napas panjang

Tapi ...
Jalan ke depan masih panjang
Menanjak dan menantang
Menciutkan nyali dan membakar ambisi

Pak Cik berdiri
Gabah diangkutnya
Ontel dikayuhnya

Pak Cik masih mengulang
Dan terus mengulang

Sampai kapan? Tanyanya

Pak Cik tak peduli
Kayuh saja, katanya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun