Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Persaingan Parpol Pemilu 2024 Membaca Survey Kompas

21 Februari 2023   17:32 Diperbarui: 21 Februari 2023   22:40 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Kompas.Id

Survey atau jajak pendapat Litbang Kompas, Januari-Februari 2024, menunjukkan PDI Perjuangan masih tetap di posisi teratas memperoleh elektabilitas tertinggi. 

Elektabilitas PDI Perjuangan mengalami peningkatan dibandingkan hasil survey Litbang Kompas akhir tahun 2022.

Kenaikan ini prestasi menggembirakan bagi PDI Perjuangan yang mengalami trend kenaikan elektabilitas di tengah partai lain mengalami fluktuasi, atau naik turun elektabilitas.

Hasil Survey Litbang Kompas kali ini, ada tiga partai mengalami kenaikan elektabilitas dibandingkan dengan hasil survey tahun lalu, yaitu Golkar, Nasdem dan Perindo. 

Partai Gerindra tetap berada di posisi kedua walau mengalami penurunan elektabilitas. 

Kenaikan elektabilitas Perindo memberi peluang sebagai "kuda hitam" yang bisa melejit mengalahkan partai papan menengah, dan merupakan sebuah peningkatan fantastik bagi Perindo. 

Hasil survey ini menunjukkan tingkat kompetisi diantara partai-partai di luar PDI Perjuangan masih sangat kompetitif dan sangat berfluktuasi mempengaruhi peta politik dan formasi masing-masing.

Bahkan bisa saja terjadi perubahan mengejutkan terhadap posisi masing-masing partai politik, yaitu partai yang sebelumnya berada di level papan bawah naik ke atas, dan partai papan menengah menurun drastis seperti dialami PAN dan PPP. 

Partai Demokrat ketika Presiden dipegang Susilo Bambang Yudhono mengalami loncatan spektakuler memperoleh kenaikan perolehan suara hingga 300 persen, sekarang justru selalu mengalami fluktuasi elektabilitas.

Hasil survey Litbang Kompas akhir tahun 2022 dimana  Partai Demokrat mengalami kenaikan elektabilitas ke posisi ketiga, sekarang berhasil kembali diselip Partai Golkar menduduki posisi ketiga di bawah Partai Gerindra.

Posisi Partai Demokrat yang kadang diatas dan kadang di bawah menunjukkan posisi Partai Demokrat masih sangat labil, dan rentan jatuh jadi partai papan menengah, dan bahkan jadi partai papan bawah

Berbeda dengan Partai Gerindra, walau mengalami fluktuasi elektabilitas tetap menduduki peringkat kedua sebagai partai papan atas. 

Dari hasil survey ini juga nampak PDI Perjuangan diprediksi akan tetap jadi partai pemenang di peringkat satu, karena selain tetap menduduki peringkat satu dari hasil berbagai lembaga survey, dan dari tahun ke tahun jarak elektabilitas PDI Perjuangan sangat jauh bertaut dengan partai-partai dibawah ini.

Hasil survey terakhir yang dilakukan Litbang Kompas (Januari 2022), PDI Perjuangan memperoleh elektabilitas sebesar 22,9 persen, sedangkan partai Gerindra yang berada dibawahnya elektabilitasnya sebesar  14,3 persen, yaitu memiliki jarak perbedaan sebesar 8,6 persen.  

Elektabilitas Partai Gerindra ini mengalami penurunan sebesar 1,9 persen dibandingkan dengan Survey Litbang Kompas November 2022, sedangkan PDI Perjuangan justru mengalami kenaikan elektabilitas sebesar  1,8 persen.

Sedangkan Partai Golkar yang berada di peringkat ketiga memperoleh elektabilitas sebesar 9 persen, memiliki jarak perbedaan sebesar 13,9 persen dengan PDI Perjuangan.

Dengan demikian, jika dibandingkan dengan elektabilitas Partai Gerindra dan Golkar yang terpaut begitu jauh, sebagai salah satu indikator  menunjukkan PDI Perjuangan masih akan tetap memperoleh peringkat pertama di Pemilu 2024, karena kedua partai yang diprediksi sebagai kompetitor berat sesama partai papan atas tertinggal jauh, dan selalu mengalami fluktuasi elektoral naik dan turun.

Dengan demikian, PDI Perjuangan diprediksi akan tetap unggul, sementara partai lain masih bersaing ketat memperebutkan posisi sebagai partai papan atas. 

Penurunan elektabilitas Partai Gerindra saat ini juga sebagai indikator bahwa partai tersebut masih labil, dan tidak menutup kemungkinan bisa diselip partai Golkar.  Dan Partai Golkar memiliki potensi kuat mengalahkan Partai Gerindra ditengah sepak terjang partai Golkar akhir-akhir tidak ada ditimpa isu mengkuatirkan, dan merupakan salah satu koalisi pemerintah Jokowi sama halnya dengan Partai Gerindra.

Jika Partai Golkar memiliki Capres yang memiliki tingkat elektabilitas yang mampu mengimbangi Prabowo Subianto, elektabilitas Partai Golkar diprediksi akan melejit dan mampu mengalahkan Partai Gerindra.

Partai Demokrat dari hasil survey Litbang Kompas kali ini berhasil di selip Partai Golkar, dimana sebelumnya Partai Demokrat berada di posisi ketiga.

Penurunan elektabilitas Partai Demokrat kali ini diiringi dengan kenaikan elektabilitas Partai Nasdem sesama rekannya di rencana "Koalisi Perubahan" pengusung Anies Baswedan sebagai Capres.

Jika dikaitkan dengan efek ekor jas (Coat tail effect) pendeklarasian Anies Baswedan sebagai Capres, partai yang berhasil memperoleh efek besar justru Partai Nasdem dibandingkan Partai Demokrat.

Partai Demokrat sendiri mengalami penurunan elektabilitas selama menggaungkan diri mencalonkan Anies Baswedan. 

Kondisi tersebut memang wajar di nikmati Partai Nasdem, karena tour keliling daerah yang dilakukan Anies Baswedan berbarengan dengan membawa nama Partai Nasdem, dan konon memang difasilitasi oleh partai Nasdem sendiri.

Lalu muncul pertanyaan, apakah penurunan elektabilitas Partai Demokrat ini akan bahan pertimbangan untuk menghitung ulang mendukung Anies Baswedan ?

Sebuah pertanyaan yang layak dikaji Partai Demokrat, dan memang perlu dipertimbangkan kalau memang majunya Anies Baswedan sebagai Capres justru lebih memberi keuntungan bagi Partai Nasdem yang mampu melejitkan elektabilitasnya. 

Pertimbangan itu layak dan pantas karena tidak dapat dipungkiri mengusung Capres memang semestinya menimbulkan efek ekor jas bagi partai pengusungnya.

Dan sudah terbukti sebelumnya, partai demokrat pernah sebagai pemenang di pemilu di saat Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden.

Kemudian sebagai bahan pertimbangan, sesuai dengan hasil survey Litbang Kompas terakhir (Januari 2023), dapat dilihat kenaikan elektabilitas PDI Perjuangan selaras dengan hasil survey yang menunjukkan terjadi kenaikan kepuasaan publik terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo yang merupakan Presiden usungan PDI Perjuangan.

Survey Litbang Kompas menunjukkan terjadi kenaikan kepuasan publik terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo sebesar 69,3 persen dari sebelumnya 62,1 persen, ada peningkatan sebesar 7,2 persen.

Kenaikan kepuasan publik terhadap kepemimpinan Presiden Jokowi diprediksi sangat berpengaruh juga terhadap peningkatan elektabilitas PDI Perjuangan.

Kemudian, jika dibandingkan dengan Partai Nasdem yang mengalami peningkatan elektabilitas jadi 7,3 persen, nampak jelas keduanya memiliki jarak tipis dan dekat.

Partai Demokrat yang hanya memperoleh elektabilitas sebesar 8,7 persen dan mengalami penurunan, kenaikan elektabilitas Partai Nasdem sebesar 3 persen ini justru jadi ancaman bagi Partai Demokrat yang mengalami penurunan elektabilitas dalam kurun waktu yang sama. 

Dan tidak menutup kemungkinan Partai Nasdem akan mampu menggungguli Partai Demokrat jika pencalonan Anies Baswedan memberikan efek ekor jas sangat berarti bagi partai Nasdem.

Tidak bisa dipungkiri dalam mengusung calon presiden, setiap partai politik mengharapkan ada efek ekor jas yang sangat berarti bagi partainya, dan sudah pasti mengutamakan peningkatan terhadap elektabilitas partai.

Selain memiliki hubungan erat dengan pencalonan presiden 2024, hasil survey litbang Kompas ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pemetaan siapa sesungguhnya lawan potensial diantara sesama partai politik peserta pemilu 2024.

Dari hasil survey tersebut, PDI Perjuangan nampak tidak terlalu mengkuatirkan partai lain sebagai kompetitor dalam rangka memperebutkan peringkat pertama sebagai pemenang pemilu, karena dengan partai lain memiliki jarak perbedaan yang lumayan besar. 

Demikian juga Partai Gerindra walau mengalami penurunan elektabilitas dalam hasil survey terakhir, partai ini masih mampu mempertahankan posisinya di peringkat kedua sebagaimana versi hasil survey.

Persaingan ketat sebenarnya terjadi diantara Partai Golkar dengan Partai Demokrat dan Partai Nasdem untuk memperebutkan posisi ke level partai papan atas. 

Sedangkan untuk memperebutkan level partai menengah terjadi antara partai PKB memiliki elektabilita 6,1 persen, PKS memiliki elektabilitas 4,8, dan PERINDO memiliki elektabilitas 4,1, sedangkan  PPP dengan elektabilitas 2,3 persen dan PAN yang memiliki elektabilitas 1,6 persen membayangi.

Serta tidak bisa dipungkiri, partai PAN dan PPP bisa saja mengalami lonjakan elektabilitas karena memang memiliki pengalaman dan jaringan cukup lumayan sebagaimana selama ini.

Jadi merupakan sebuah keanehan jika selama ini Partai Demokrat nampak cenderung bermusuhan dan selalu adu argumentasi dengan PDI Perjuangan yang sesungguhnya bukan merupakan kompetitor yang menggangu terhadap elektabilitas masing-masing diantara mereka. 

Jika melihat data diatas dan hasil survey sebelumnya, kompetitor keras yang bisa menggerogoti suara Partai Demokrat adalah Partai Nasdem. Bahkan partai papan menengah dan partai papan bawah lain merupakan ancaman sangat berarti, misalnya PAN dan Perindo. Belum lagi hadirnya partai besutan loyalis Anas Urbaningrum yang sudah lolos sebagai peserta Pemilu 2024.

Kemudian selama ini beberapa hasil lembaga survey menunjukkan ketika elektabilitas Partai Golkar dan Partai Nasdem mengalami kenaikan maka Elektabilitas Partai Demokrat mengalami kemunduran. 

Oleh karena itu dapat diprediksi bahwa PDI Perjuangan dan Partai Gerindra bukan saingan keras bagi Partai Demokrat karena kedua partai tersebut selalu stabil di posisi satu dan dua menduduki peringkat teratas sebagai partai papan atas.

Persaingan sengit antara Partai Demokrat dengan Partai Nasdem memang memungkinkan terjadi karena kedua partai ini memiliki pola dan strategi yang sama dalam memenangkan pemilu, yaitu merekrut tokoh-tokoh politik yang sebelumnya sudak eksis di pemerintahan, seperti Gubernur dan Bupati / Walikot

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun