Mohon tunggu...
Dasman Djamaluddin
Dasman Djamaluddin Mohon Tunggu... Editor - Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Lahir di Jambi, 22 September 1955

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Irak, Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan

18 Januari 2021   19:26 Diperbarui: 18 Januari 2021   19:39 2876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Irak merupakan sebuah negara Arab dan sekarang berbentuk republik yang merdeka dan berdaulat.  Sebelumnya berbagai bangsa pernah singgah di kawasan ini. Seperti kedatangan bangsa Sumeria, Akkadia, Babylonia, Kasitia, Assyria, Kaldania, Arab, Islam dan Abbasiyah.

Tetapi sekarang setelah tergulingnya Presiden Irak Saddam Hussein, yang berasal dari Muslim Sunni, kemudian Irak berada di bawah kendali Muslim Syiah. Lihat dan saksikanlah, dalam rangka setahun tewasnya Jenderal Qassem Soelaiman  dan Komandan Abu Mahdi al-Muhandi yang baru saja tiba dari Iran, tewas oleh pesawat tanpa awak AS di Bandara Irak.

Iran pun langsung memprotes dan meminta pasukan AS segera menarik diri dari Irak. Bahkan hakim Irak minta agar Presiden AS Donald Trump yang tanggal 20 Januari 2021 ini masa jabatannya berakhir, ditangkap. Benar, setelah Presiden Irak Saddam Hussein terguling dan kemudian dihukum gantung, kelompok Islam Sunni tidak lagi berperan di negara 1001 malam itu. 

Struktur pemerintahan diganti. Yang berkuasa di Irak berada di tangan perdana menteri yang berasal dari Islam Syiah. Jabatan seorang presiden sekarang hanya simbol yang dipegang oleh suku Kurdi. Suku Kurdi tersebar di perbatasan Irak, Suriah, Iran dan Turki. Mereka tidak memiliki negara. Di masa Presiden Irak Saddam Hussein, mereka diberikan wilayah otonomi khusus, Kurdistan.

Kurdistan Utara itu ada di perbatasan  Turki, Kurdistan Selatan ada di perbatasan Irak, Kurdistan Timur di perbatasan Iran dan Kurdistan Barat ada di perbatasan Suriah. Mungkin sedikit aneh, bagaimana di Irak, suku Kurdi ini bisa menjabat sebagai seorang presiden Irak, meski simbol, tetapi sekurang-kurangnya dihormati.

Setelah pemerintahan Saddam Hussein berakhir, suku Kurdi Irak berkeinginan untuk memiliki tanah air. Meski menang suara, tetapi tanah air yang ingin mereka dirikan di Irak, tidak pernah diizinkan terbentuk. 

Bagaimana pengikut atau yang masih bersimpati dengan Presiden Irak Saddam Hussein yang berasal dari Islam Sunni? Mereka hanya diberi jabatan setingkat Ketua Parlemen Irak. Ya, kembali ke permasalahan jaya-jayanya minoritas Muslim Sunni di Irak di masa Saddam Hussein, tetap saja Muslim Syiah yang mayoritas penduduk di Irak sekarang ini berkuasa.

Pernahkah terpikirkan oleh AS, bentukan negara Islam yang bernama Negara Islam di Irak (ISI) yang berkembang ke Suriah (ISIS), hanya memecah belah Islam Sunni di Irak? Lihatlah tindak tanduk mereka di Irak dan Suriah, tipe Islam ini diizinkan membunuh, meledakan bom, di mana banyak sekali korban warga negara Irak dan Suriah bergelimpangan di jalan-jalan. Ajaran Islam sesungguhnya tidaklah demikian. 

Melihat Irak dari Dekat

Saya bersyukur telah melihat Irak dari dekat. Pertama, saya berkunjung ke Irak pada tahun 1992. Waktu ini usai penyerbuan tentara AS di masa Presiden George Herbert Walker Bush yang menyerang Irak akibat serangan pasukan Irak ke Kuwait, tetangganya dan menjadikan Kuwait sebagai Provinsi Irak ke-19. Hanya dua hari buat Irak menginvasi tetangganya Kuwait. Namun demikian, pasukan Irak harus mundur lagi, karena pemimpin Kuwait yang lari dari negaranya meminta bantuan AS.

Saya ke Irak harus melalui Yordania, karena Irak sudah diberi sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di mana wilayah udara Irak di Utara, Paralel 36 derajat ditutup dan di Selatan, Paralel 32 derajat juga ditutup. Tidak satu pun pesawat diizinkan melalui udara Irak.

Hanya perbatasan Yordania-Irak yang dibuka. Selain itu ditutup oleh negara bersangkutan seperti perbatasan Turki, Suriah. Dari Amman, ibu kota Yordania, saya melalui jalan darat ke ibu kota Irak, Baghdad. Pulang pun sama, naik jalan darat dari Baghdad ke Amman. Siapa pun, baik ia tamu setingkat Presiden atau menteri yang berkunjung ke Irak tetap melalui jalur darat dari Yodania ke Irak dan sebaliknya.

Pada bulan September 2014, saya berkunjung lagi ke Irak atas undangan Kedutaan Besar Indonesia di Irak. Kali ini bisa melalui jalur Jakarta-Baghdad, yaitu setelah Presiden Irak Saddam Hussein tiada. Tetapi suasana di Irak belum sepenuhnya aman. 

Itulah wajah Irak yang pada tanggal 17 Januari diperingati sebagai hari invasi pasukan Irak ke Kuwait.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun