Di persimpangan jalan rimba
Orang orang gila Kian jumawa
Beretorika tentang dadu Dorna
Tanpa sadar auratnya terbuka
Mengeras menegang memerah
Sigap menyergap menumpah nanah
Orang orang gila jumawa beretorika
Mengumpat berteriak di persimpangan
Kalimat kalimat bersayap diterbangkan
Menyibakkan topeng yang dikenakan
Komunis menggayang komunis
Neolib menyalib neolib
Berpesta di atas reruntuhan sayapnya
Yang terkulai dihempas angin Wahyu
Tapi gerombolan Paria itu
Terus lolongkan sanjungan
Dalam cauda tanpa jeda
Hingga tak terasa,
Busuk bau kentutnya
Penuhi semesta angkasa
Lalu para penderita salesma bertanya
Aroma parfum dari mana ?
Hmm, bampetju jadi terbuka
Kepada matahari aku bertanya
Akankah geger di negeri surga
Akan lestarikan kuasa Sang Dorna ?
Ataukah akan muncul Punokawan
Yang mendendangkan tembang langit
Tanpa lirik dan suara suara nylekit ?
Kepada bayu waktu
kuperintahkan padamu, Diamlah !
Jangan mengusik desir Alir anyir
Agar tak berkobar nyala bara
Yang disembunyikan dalam sekam
Oleh petualang, Dajjal nan kejam
Wahai para Pandu
Berdirilah tegap menjaga Pertiwi
Agar dia tidak menjadi tumbal taruhan
Kerakusan raksasa raksasa durjana
Yang kendalikan dadu Dorna