Pada suatu siang yang teduh, dekat hamparan luas pasir kering. Daun kelapa melambai memantulkan bayangan ke laut.
Dua orang duduk dekat sepohon yang hampir tua. Meresapi angin yang bertiup lembut dan bercakap-cakap dengan mata memandang ke laut.
"Aku sudah menaruh hati padamu Daud, tapi aku takut." Lael memulai percakapan.
Daud dan Lael adalah sebuah kebetulan yang manis. Mereka sengaja dipertemukan dalam perjalanan kerja dan waktu membawa mereka hingga mengalami pendekatan spontan terasa cukup ajaib.
"Apa yang kamu takutkan? Biarkan arus didadamu mengalir tenang, just let it flow." Daud meyakinkan Lael, bahwa dia tidak bisa menipu dirinya sendiri.
Sebagai seorang idealis, dan terpengaruh banyak tokoh dalam buku bacaan, Lael terlalu berpikir. Ya, Lael adalah anak perempuan usia 20-an yang sering mengabiskan semua uang jajan dan uang kosmetiknya untuk buku. Baginya bukan tubuh saja yang butuh makan, otak juga lebih perlu. Sebab itu, konsep cintanya sedikit aneh. Dia tiba-tiba menanyakan.
"Apakah kau akan bersedia menghilangkan dirimu Daud?"Â
Dengan memasang wajah menggerutu Daud balik bertanya.
 "Apa maksudmu dengan menghilangkan diri?"
Â