Mohon tunggu...
Darsono
Darsono Mohon Tunggu... Guru - Guru SMK Negeri 6 Surakarta

Guru SMK Negeri 6 Surakarta sejak Th. 1998 bidang mengajar Multimedia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal 13 - Penerapan Pembelajaran Sosial Emosional

18 Mei 2022   10:47 Diperbarui: 20 Mei 2022   10:42 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JURNAL 13 -- PENERAPAN PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

OLEH : DARSONO -- CGP 04 SMK NEGERI 6 SURAKARTA

KOTA SURAKARTA

Model 8: Model Driscoll

Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Model yang dikenal dengan Model "What?" ini pada dasarnya terdiri dari 3 bagian, namun dapat dikembangkan dengan berbagai variasi bergantung pada pertanyaan detail yang dipilih.

WHAT? (Deskripsi dari peristiwa yang terjadi)

Apa yang terjadi?

Proses pembelajaran anak tidak tergantung pada aspek inteligensi atau kemampuan kognitif saja, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lain seperti aspek perkembangan emosi dan sosial. Aspek emosi dan sosial ini sangat berpengaruh terhadap prilaku anak kepada dirinya, orang lain dan lingkungannya.

Pada anak usia dini dan remaja aspek sosial emosi ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran sosial emosional. Dimana pembelajaran sosial emosional adalah proses mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi sosial dan emosional sebagai modal anak dalam berinteraksi dengan dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar.

Pembelajaran sosial emosional ini dapat dijadikan sebagai awal dan dasar penanaman pendidikan karakter kepada anak usia dini. Ada empat kompetensi kunci pengembangan dalam aspek sosial emosional anak; self-awareness, self-management, social awareness, responsible decision making, dan relationship management. 

Keempat kompetensi ini penting dikembangkan sejak usia dini untuk membangun dan menanamkan keterampilan sosial anak. Karena dengan mengembangkan keempat aspek sosial emosional anak tersebut akan berimplikasi pada tertanamnya sifat-sifat baik/ karakter-karakter unggul pada diri anak dalam dunia sosial. Metode-metode seperti bermain, modeling, story telling, drama dan lainnya tepat digunakan untuk mengembangkan keempat keterampilan tersebut

Apa yang saya lihat/dengar/alami?

Saya mengamati bahwa pembelajaran sosial emosional di sekolah perlu dibumikan, perlu diterapakan sedini mungkin, sebab belajar dari pengalaman bukanlah inteligensia yang harus ditonjolkan tetapi justru nilai-nilai karakterlah yang mampu membuat orang berhasil.

Keberhasilan seseorang ternyata lebih ditentukan pada EQ (Emotional Quetion) mencapai 80%  daripada IQ (Intelegencia Quetion) hingga hanya 20%. Penelitian menemukan bahwa individu yang dengan potensi kepemimpian kuat juga cenderung lebih cerdas secara emosional.

Riset ini menyarankan bahwa EQ adalah kualitas penting yang perlu dimiliki pemimpin atau manajer. Menurut suatu analisis berdasarkan hasil program pembelajaran emosional dan sosial, jawaban pertanyaan tadi adalah ya.

Penelitian menunjukkan, sekira 50 persen anak-anak yang mengikuti program tersebut meraih pencapaian yang lebih baik, dan 40 persen lainnya menunjukkan perbaikan nilai rata-rata. Program ini juga dihubungkan dengan berkurangnya tingkat hukuman, peningkatan kehadiran siswa di sekolah dan berkurangnya masalah displin.

Suatu penelitian yang dilakukan Carnegie Institute of Technology menunjukkan bahwa 85 persen kesuksesan finansial seseorang adalah karena kemampuan humanis seperti kepribadian dan kemampuan berkomunikasi, bernegosiasi dan memimpin. Sementara itu, pengetahuan teknis hanya mengambil porsi 15 persen.

Apa reaksi saya pada saat itu?

Membaca data di atas saya melakukan reaksi menyadari pentingnya sosial emosi bahwa belajar adalah interaksi penting menuju masa depan peserta didik. Belajar di kelas dan di luar sekolah adalah pembentukan karakter, persiapan diri untuk menyiapkan diri lebih baik baik di industri dan wirausaha.

Membaca data di atas satu kata yakni : "Change" Perubahan, berubah dan merubah. Perubahan radikal konstuksional di masa belajar mengajar menggunakan pendekatan sosial emosional dan berdiferensiasi pada peserta didik sebagai drivernya adalah guru dan kurikulum, passengernya adalah siswa dan orang tua.

Kolaborasi membentuk ekosistem belajar untuk bersama berubaha dilakukan dengan diskusi, sarasehan dan obrolan positif.

Apa yang orang lain lakukan pada saat peristiwa itu terjadi?

Seorang anak dapat belajar dengan sebaikbaiknya apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan mereka merasa aman dan nyaman secara psikoligis. Para ahli perkembangan yang menganut paham kematangan sebagai dasar pertumbuhan berpendapat bahwa pertumbuhan, perkembangan, dan pembelajaran merupakan buah dari hukum kematangan internal.

Ini menunjukkan bahwa anak akan bisa belajar apabila cukup waktu untuk berkembang. Namun behaviorist berpendapat berbeda, menurut mereka pertumbuhan dan pembelajaran adalah hal eksternal bagi anak dan dikendalikan oleh lingkungan. Dengan memengaruhi secara langsung, berbagai stimulus dan respons yang berasal dari lingkungan, anak itu akan belajar.

Dengan menata lingkungan yang penuh dengan stimulus yang serasi dengan tiap perkembangan anak maka anak dengan nyaman akan belajar tentang lingkungan sekitarnya. Lain halnya dengan para ahli psikologi constructivist, mereka berpendapat bahwa baik faktor biologis maupun faktor lingkungan sama-sama memengaruhi perkembangan anak secara timbal balik (Seefeld & Wasik, 2008:33-34).

Kompetensi sosial dan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengelola, dan mengekspresikan aspek-aspek sosial dan emosional kehidupan seseorang, dengan demikian seorang anak mampu meraih keberhasilan, melaksanakan tugas sehari-hari seperti belajar, membentuk hubungan/ berinterkasi, memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, dan beradaptasi dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks. 

Ini mencakup kesadaran diri, kontrol impulsif, bekerja kooperatif, dan peduli tentang diri sendiri dan orang lain.

Mereka belajar untuk mengenali dan mengelola emosi mereka; membangun hubungan yang sehat; menetapkan tujuan yang positif; memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial; membuat keputusan yang bertanggung jawab, dan memecahkan masalah. Mereka diajarkan untuk menggunakan berbagai keterampilan kognitif dan interpersonal untuk mencapai secara etis tujuan yang relevan dan perkembangan sosial. 

Selanjutnya, mendukung diciptakan lingkungan untuk mendorong pengembangan dan penerapan keterampilan ini untuk beberapa pengaturan dan situasi. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran sosial emosional dapat meminimalisir prilaku-prilaku negatif dan menanamkan perilaku-perilaku positif sehingga terbentuknya karakter unggul pada anak.

SO WHAT? (Analisis dari peristiwa yang terjadi)

Bagaimana perasaan saya pada saat peristiwa itu terjadi?

Perasaan saya mendapati pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional adalah saya langsung mencoba menerapkan di kelas. Saya mendapati sesuatu hal dalam belajar mengajar yang lebih mendukung bangunan karakter masa depan.

  Goleman (dalam Elias, 1997) menjelaskan kecerdasan emosional terdiri dari lima bidang, yaitu 1) self-awareness; mengenal perasaan (kesadaran) karena berada dalam situasi kehidupan nyata; 2) managing emotions; mengatur emosi dengan perasaan yang kuat sehingga tidak kewalahan dan terbawa oleh emosi,

3) self-motivation; motivasi diri yang berorientasi pada tujuan dan mampu menyalurkan emosi ke arah hasil yang diinginkan, 4) empathy and perspective-taking; berempati dan mengenali emosi dan memahami sudut pandang orang lain, 5) social skills, kemampuan menjaga hubungan di lingkungan sosial.

Kelima area intelejensi sosial tersebut dijadikan sebagai kompetensi kunci yang dapat dikembangkan, dipraktikkan dan dikuatkan dalam pembelajaran sosial emosional (Elias, 1997). 

Karena dengan mengembangkan kelima kompetensi tersebut akan melahirkan berbagai sifat-sifat positif dan keterampilan-keterampilan sosial lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan karakter-karakter unggul yang dibutuhkan anak pada setiap sisi kehidupannya untuk bisa hidup aman dan nyaman dengan orang lain.

Apakah yang saya rasakan sama/berbeda dengan orang yang mengalami kejadian yang sama?

Hal yang saya rasakan sangat berbeda dengan kejadian yang sama. Belajar itu membangun impian bukan mengajar materi semata, belajar itu membentuk karakter bukan membentuk tekanan, belajar itu dibuat menyenangkan bukan penekanan.

Apakah saya masih merasakan perasaan/dampak yang sama jika dibandingkan dengan perasaan/dampak langsung setelah peristiwa?

Dampak belajar menerapkan PSE (Pembelajaran sosial Emosional) sangat kuat bagi siswa, hasil refleksi yang saya lakukan pada aksi nyata 7 Maret 2022 menunjukkan siswa lebih releks, lebih nyaman, lebih asyik dan mampu bertahan untuk duduk mengerjakan tugas. Komentar siswa lebih memperlihatkan belajar itu bermain positif, bercerita dan berbagi ada di dalamnya.

Kecenderungan apa yang saya amati dari diri saya ketika menghadapi peristiwa serupa?

Saya memiliki kecenderungan bahwa penerapan pembelajarn sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi perlu dijadikan interaksi belajar setiap hari agar belajar itu menyenangkan, belajar itu menggembirakan.

Mengapa saya bisa memiliki kecenderungan tersebut?

Saya memiliki kecenderungan untuk menjadi perubah keadaan, menjadi pembelajar bukan semata mengajar tetapi melakukan perubahan (Change) pada siswa agar bersama berubah melihat masa depan dengan fenomena belajar yang menyenangkan, belajar dengan mendeteksi kesiapan, kebutuhan belajar dan profil diri siswa.

Belajar dengan pendekatan sosial emosional mulai dari kesadaran diri, kesadaran sosial dan pengelolaan diri, keterampilan relasi serta pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Kecerdasan bukan milik IQ semata, tetapi kecerdasan melihat perubahan, kecerdasan melihat masa depan, kecerdasan melihat perubahan yang fenomena pada teknologi seperti crypto currency, metaverse, NFT dan perubahan lain yang nampak di kita.

Setelah mengalami peristiwa tersebut, apa hal yang berubah dari pendapat, pemikiran, atau apapun yang Anda yakini sebelumnya?

Satu kata kunci Perubahan. Pendapat saya mari kita berubah, mari kita ciptakan pola belajar mengajar yang menggunakan pendekatan diferensiasi, belajar dengan sosial emosional, belajar dengan senyum, sapa, salam sopan, santun. Belajar dengan ice breaking dan teknik STOP.

Pemikiran saya mengemas belajar mengajar dengan bernyanyi lagu "Mars SMKN 6 Surakarta, awali dengan motivasi pagi, cerita-cerita pembuka yang menyenangkan, tanya jawab tentang ibu, keluarga, sholat subuh, bantuan-bantuan yang perlu dilakukan. 

Menanyakan tentang penerapan HASTALAKU (Delapan karakater lokal baik) meliputi : Gotong Royong, Grapyak Semanak (ramah tamah), Guyub Rukun (kerukunan), Lembah Manah (rendah hati), Ewuh pekewuh (saling menghormati), Pangerten (saling menghargai), Andhap Asor (berbudi luhur), dan Tepa Slira (tenggang rasa).

NOW WHAT? (Tindak lanjut dari peristiwa yang terjadi)

Apakah kejadiannya akan berbeda jika pada saat itu saya mengambil langkah yang berbeda?

Menggunakan Pembelajaran Sosial Emosioanl dikemas dalam Visi misi sekolah serta tujuan sekolah dijadikan program sekolah akan berbeda hasilnya jika kita tidak bertindak. Maka mari kita buat visi misi sekolah.

Hasil Lokakarya 3 tempo hari pada tanggal 19 Maret 2022 mengajarkan kita membuat Visi Misi Sekolah.

Di mana saya bisa mendapatkan informasi tambahan agar bisa siap ketika

menghadapi peristiwa serupa di masa depan?

Kita membuat visi misi sekolah (hasil diskusi dengan kepala sekolah) di lokakarya 3 di hotel Royal Heritage Surakarta tgl 19 Maret 2022.

Diawali dengan membuat pertanyaan berbasis rumus BAGJA (buat pertanyaan, dan gali mimpi) disebarkan kepada seluruh siswa, guru, kepala sekolah dan orang tua siswa.

Hasil Angket yang disebarkan dianalisis, dijadikan rekap diambil beberapa kata kunci meliputi Masalah, harapan, dan mimpi siswa.

Hasil analisis angket dibuatkan kata kunci untuk membuat Visi misi sekolah.

Dukungan apa yang saya butuhkan agar bisa menindaklanjuti refleksi saya?

Saya berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru mengenai tindak lanjut atas visi misi dan kegiatan sekolah untuk mencapai visi misi sekolah.

Kita merencanakan membuat gerakan sekolah menyenangkan (GSM) berupa gerakan membuat Mural di tembok sekolah yang menginspirasi, gerakan 5S (Senyum, sapa, salam, sopan, santun) berupa Greeting, Grooming dan Gembira (3G).

Kita merencanakan membuat pekan Wirausaha menujuk gerakan Siswa preneur. Siswa mandiri di bidang entreprenuer. Kita mulai ibarat kita mengarungi gelombang, kita harus di atas gelombang perubahan.

Bagian mana yang sebaiknya saya kerjakan lebih dulu?

Bagian yang akan saya kerjakan adalah : Menumbuhkan budaya belajar mengajar menyenangkan. Budaya 3G, dan budaya Siswapreneur.

Setelah Anda melakukan pembelajaran ini, apa hal baru yang ingin Anda bagikan kepada rekan atau lingkungan Anda?

Yang akan saya bagi kepada rekan guru dan siswa adalah :

Belajar mengajar menggunakan pendekatan diferensiasi belajar (kesiapan, kebutuhan dan profil siswa)

Belajar mengajar menggunakan pendekatan sosial emosional ( 5 KSE)

Belajar mengajar menggunakan budaya positif (Rutin, Protokol dan Terintegrasi).

Menyampaikan pada guru visi misi baru sekolah yang berpihak pada siswa dan membuat kegiatan yang membentuk karakter baik pada diri siswa.

Daftara Pustaka

 

https://edukasi.okezone.com/read/2015/03/31/65/1126832/mana-yang-lebih-penting-iq-atau-eq

https://darsono-solo.blogspot.com/2022/03/jurnal-13-pembelajaran-sosial-emosional.html

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun