Mohon tunggu...
danny nolowetjono
danny nolowetjono Mohon Tunggu... karyawan Honorer -

ocess, pecicilan... dikanan berbahaya, dikiri bernostalgia....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Pecandu Hujan

6 Mei 2015   12:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:19 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kriiinggg ... Kringng ... Kriiiiiiingg" Bel pertanda jam sudah Berakhir .

Tak ada hal yang paling ditunggu saat disekolah selain bel pertanda istirahat dan bel pulang sekolah. .Tapi tetap saja, seolah olah tak ada waktu untuk sejenak menyeka keringat di pelipis mata aku masih harus berlama lama menatap laptopku yang seolah terus dipaksa berlariuntuk segera menyelsaikan tugasku . aku sering menghabiskan waktu disekolah berlama lama dengan keheningan agar aku konsentrasi mengerjakan tugas tugas bawaanku.

bahkan aku sering ditegur oleh penjaga sekolah karna aku selalu pulang paling akhir sendiri, Ya .! Tapi bukan alivia namanya jika aku tak terus melakukannya. Semakin dikekang, aku malah semakin bersemangat menentangnya , aku tak bosan dimarahi setiap pagi, aku cukup tersenyum jika penjaga sekolah mengancam akan melaporkanku ke kepala sekolah aku hanya perlu berwajah iba, atau tersenyum manis dan semua clear .

"Mendingan kamu pulang, kayaknya hujan akan turun sore ini"

"Tak apa, aku masih ada kerjaan"

"kenapa tidak kamu kerjakan dirumah saja? nanti kamu terjebak hujan'

"tak apa , sebentar lagi juga pulang kok"

"yaudah deh , aku pulang duluan ya "

"iya " aku hanya tersenyum melihat mereka pergi, langkah demi langkah yang meninggalkanku sendiri dikeheningan kelas ini.

Mereka memahami kondisiku yang tak betah dirumah, Ketidak harmonisan rumah membuat aku terpuruk semakin jauh. Aku bosan tertekan oleh keadaan Orangtuaku, aku jadi lebih suka sendiri, menyibukan diriku untuk melakukan sesuatu, sebisa mungkin mengurangi waktu senggangku. memang tidak menghilangkan luka yang ia sematkan , tapi setidaknya aku tidak punya waktu untuk memikirkanya berkepanjan.

Bahkan aku sering melupakan kesehatanku yang memerlukan perawatan 'khusus', sejak kecil aku memerlukan perawatan pada ginjalku . Bak pepatah 'Lebih baik sakit gigi daripada harus sakit hati' itu memakna di hidupku, tak ada sakit yang membuat aku begitu jatuh tersungkur selain perpecahan yang aku rasa dalam keluargaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun