Pendapat serupa juga disampaikan oleh Putra Jaya, anggota DPR dari Fraksi PAN. Menurutnya, DPR seharusnya fokus pada urusan negara yang lebih penting daripada menghabiskan waktu untuk menanggapi lagu Slank.
"Kita kan ngurusin negara, itu tidak ada hubungannya dengan rakyat banyak, urusan ecek-ecek. Masa DPR berhadapan dengan Slank. Masih banyak yang harus diselesaikan!" ujar Putra Jaya, yang mengaku pernah menjadi produser Dewa 19.
Namun, tidak semua anggota DPR bersikap toleran. Taufik, anggota Fraksi PAN, justru meminta agar DPR menindak tegas Slank jika lirik lagu tersebut dianggap provokatif.
"Tuntut aja, atas dasar apa ngomong begitu. Kalau kalimat itu mengarah pada provokatif ya harus kita tindak. Kan ada prosedur hukum, buktinya apa, arah-arah yang menguatkan itu?" ungkapnya tegas.
Musik sebagai Kritik Sosial
Sejak awal kemunculannya, Slank dikenal sebagai band yang lantang menyuarakan isu-isu sosial, termasuk kritik terhadap isu korupsi. "Gossip Jalanan" hanya merupakan salah satu lagu Slank yang secara eksplisit mengangkat tema ketidakadilan dan praktik korupsi di Indonesia.
Dalam liriknya, lagu ini memang jelas-jelas menyindir perilaku koruptif yang marak terjadi di kalangan elite politik, yakni sesuatu yang sangat relevan dengan kondisi sosial-politik Indonesia pasca-Reformasi.
Dalam konteks kritik DPR, reaksi dari beberapa anggota terhadap lagu ini menunjukkan betapa kuatnya dampak musik sebagai alat kritik terhadap kekuasaan.
Ketika wacana gugatan DPR terhadap Slank bergulir di publik, Bunda Iffet---manajer sekaligus sosok ibu kandung Bimbim dan "Bunda" bagi para personel Slank ataupun Slankers---menyatakan bahwa tuduhan tersebut sama sekali tidak berdasar.
Menurut Bunda Iffet, lagu "Gossip Jalanan" bukanlah serangan terhadap individu ataupun institusi tertentu, melainkan memuat kritik umum terhadap fenomena korupsi yang telah menjadi penyakit kronis di Indonesia saat itu, bahkan sampai sekarang.
Dinamika Hubungan Musik dan Politik
Peristiwa "Teguran DPR terhadap Slank" ini memperlihatkan bagaimana sebuah musik dapat berperan dalam membentuk opini publik dan menjadi instrumen perlawanan terhadap ketidakadilan.
Sejarah mencatat bahwa banyak musisi di dunia yang mengalami tekanan akibat lirik-lirik mereka yang tegak menentang status quo ataupun mengkritik kekuasaan. Di Indonesia sendiri, selain Slank, beberapa musisi lain seperti Iwan Fals juga pernah mengalami sensor dan tekanan politik akibat lagu-lagunya yang bernuansa kritik sosial.