Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Curup Putri Malu, Perjalanan Nekat Bersama Motor Matic

17 Juli 2025   11:41 Diperbarui: 17 Juli 2025   16:15 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesampainya di Curup Putri Malu, segala lelah langsung hilang. Air terjun ini berdiri anggun di tengah rimbunnya hutan pegunungan. Dengan ketinggian mencapai kurang lebih 80 meter, disertai udaranya yang sejuk, bahkan dingin menusuk, dengan semilir angin yang menggoda kulit.

Untuk tiket masuk, saat itu masih kami hanya membayar parkir Rp. 15.000 permotor. Biaya masuk masih free. Namun, beberapa waktu setelahnya biaya masuk dikenakan seharga Rp. 20.000 setelah adanya pengelolaan terhadap destinasi wisata ini. Sedangkan parkir motor dikenakan Rp. 10.000-15.000.

Tak jauh dari Curup Putri Malu, ada sebuah curup yang tak kalah menarik, letaknya sangat dekat, kurang lebih 100-200 meter.

Kami manfaatkan momen itu sebaik mungkin - foto-foto, bikin video, dan tentu saja: mandi di bawah guyuran air terjun yang menyegarkan. Saya sendiri berendam sekitar 15-20 menit. Karena badan sudah menggigil, saya memutus untuk udahan.

Tapi kisah belum selesai.

Potret Curup Putri Malu yang berada di Juku Batu, Banjit, Way Kanan, Lampung. (Foto: Dokpri)
Potret Curup Putri Malu yang berada di Juku Batu, Banjit, Way Kanan, Lampung. (Foto: Dokpri)

Saat perjalanan pulang, langit mendung menyapa. Gerimis pun turun pelan-pelan. Jalanan yang tadi kering berubah licin. Kami harus menuruni jalur yang tadi sempat dilalui - tanah merah, jalan setapak, dan batu-batu licin. Saya masih mengendarai motor matic itu, dan di sinilah "drama" dimulai.

Motor tergelincir - tiga kali. Pertama di tanah merah, kedua di tikungan licin, dan terakhir di jalan bebatuan curam. Untungnya kecepatan pelan, jadi tak ada luka serius. Hanya lecet ringan dan rasa ngilu di kaki. Bajuku basah kuyup, bercampur tanah dan gerimis sore itu.

Salah satu warga yang membantu kami kala itu berkata, "Kalau mau ke Curup Putri Malu, paling aman pakai motor trail. Atau paling nggak, roda motornya dipasang rantai." Ternyata memang sore hari sering turun hujan di sana. Info ini jadi pelajaran penting untuk perjalanan berikutnya.

Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa perjalanan bukan soal cepat sampai, tapi bagaimana kita bisa menikmati prosesnya. Ada rasa syukur ketika bisa sampai tujuan dalam keadaan selamat, meski harus melewati rasa lelah dan insiden kecil. Ada juga nilai persahabatan dan saling bantu yang tumbuh sepanjang jalan.

Motor, bagi sebagian orang mungkin hanya kendaraan murah yang penting bisa jalan. Tapi bagiku, motor adalah simbol kebebasan. Bahkan sekarang, meski sudah punya kendaraan pribadi, saya tetap lebih memilih motor untuk kegiatan harian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun