Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Book

Bicara Bola, Luka, dan Harapan Indonesia Lewat Novel Sebelas Tere Liye

6 Juni 2025   13:00 Diperbarui: 6 Juni 2025   14:27 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Sebelas karya Tere Liye: kisah persahabatan, perjuangan, dan harapan dari lapangan hijau ke panggung dunia. (Foto oleh Puri Puspita Sari)

Oleh: Cendekia Alazzam (DSF)

Dalam semesta literasi Indonesia, Tere Liye selalu hadir dengan gaya bercerita khas - emosional, padat makna, dan kerap menyentil realita sosial. Kini, melalui novel Sebelas yang diterbitkan melalui Sabakgrip tahun 2024, ia mengangkat dunia sepak bola remaja, membungkusnya dalam kisah persahabatan, perjuangan, dan kritik yang halus tapi menggigit. Di tengah euforia sepak bola nasional, Sebelas tampil bukan sebagai dongeng semata, melainkan cermin tajam: bahwa prestasi Garuda tak bisa lepas dari fondasi akar rumput.

Sebuah Laga Panjang Bernama Kehidupan

Novel setebal 442 halaman ini membuka lembaran dengan sosok Paul, mantan wonderkid Eropa yang kini hidup dalam keterpurukan di Bali. Mabuk, dikejar utang, bahkan over-stay visa. Tak disangka, pertemuan konyol dengan Pak Made, pelatih tim RW setempat, menjadi titik baliknya. Paul kembali menyentuh bola - secara harfiah dan metaforis - dan menemukan cahaya baru dalam diri Samosir, bocah 12 tahun yang menjemur kaus seindah ia menendang bola.

Sementara itu, bayang-bayang masa lalu muncul lewat sosok David Champione, rival abadi Paul yang kini melatih tim elite Eropa. David menantang Paul: raciklah tim anak-anak dari nol, dan buktikan di panggung internasional. Maka dimulailah perburuan bakat yang penuh warna - dari pegunungan Papua hingga desa santri di Jawa. Setiap tempat menyimpan tantangannya: larangan orang tua, tradisi lokal, bahkan konflik ideologis.

Cermin Realita Sepak Bola Indonesia

Lewat konflik yang dibalut jenaka dan emosional, Tere Liye menyajikan potret nyata dunia sepak bola Indonesia. Lapangan seadanya, pejabat daerah yang menghambat, sekolah sepakbola (SSB) minim fasilitas, hingga persoalan visa yang menggagalkan uji coba luar negeri - semua muncul dalam dialog maupun aksi tokohnya. Kritiknya tajam, tetapi tak berkhotbah. Justru di balik narasi fiksi ini, pembaca bisa merenung: betapa sulitnya membentuk satu tim ideal di negeri seluas ini, bahkan ketika bakat berserakan di mana-mana.

Pesan utamanya jelas: pembinaan berjenjang adalah kunci prestasi. Dalam fiksi ini, Paul dibantu tokoh dermawan Pak Hartawan, sosok pemilik 300 SSB. Namun dunia nyata tak semudah itu. Maka buku ini seolah menyodorkan pertanyaan reflektif: sudahkah kita serius membina sejak dini?

Keunggulan novel ini terletak pada narasi yang cepat namun tetap emosional. Paul bukan protagonis heroik ala film Hollywood. Ia kompleks: pemarah, sinis, tetapi belajar dan bertumbuh. Tim anak-anak yang dikumpulkannya pun beragam: Nyoman, Kadek, Lorentz, Semeru, Gadang - nama-nama yang mencerminkan kemajemukan Indonesia di ruang ganti.

Detail sepak bolanya terasa nyata: formasi latihan, dinamika seleksi, bahkan drama antar-SBB disusun dengan riset matang. Pace-nya cepat, cliffhanger antar bab terjaga, dan yang terpenting: selalu ada harapan dalam konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun