"Perempuan itu telah pergi!!!" ucap rasa kecewaku
"Namun tidak untuk perasaan pria ini  kepadanya!!!" sahut rindu
"Lalu apa kamu akan terus memaksa pria ini mengingat kembali semua tentang perempuan jahat itu? Dia telah meninggalkan pria ini tanpa sebab. kamu tahukan? Pria ini tidak pernah menyakitinya, tidak pernah berbohong kepadanya, bahkan pria ini selalu berusaha semampunya agar senyum tidak hilang dari wajah perempuan yang telah berkhianat itu, tetapi lihatlah apa yang dia lakukan kepada pria ini, tetap meninggalkannya bukan?" Teriak kecewa kepada rindu
"Aku tahu dia telah pergi, tapi apa salahnya jika pria ini mengingat kembali perempuan itu? Dia telah mengajarkan pria ini banyak hal," jawab kecewa dengan tegas.
"Mengajarkan banyak hal katamu? Dia hanya memberi luka yang bekasnya tidak akan pernah hilang, perempuan itu tidak lebih dari seorang penghianat!!!."
"Setidaknya, luka yang dia berikan adalah pelajaran yang sangat berharga, yang mungkin tidak akan bisa pria ini dapatkan lagi dari siapapun. Aku tahu maksud baikmu memarahiku, tapi aku hanya ingin kau mengerti. Cobalah hargai aku, jangan paksa aku untuk menghilang. Aku hanya ingin pria ini menikmati wisata masalalunya," tegas rindu
"Bagaimana aku bisa menghargaimu? Jika kedatanganmu hanya akan membuat pria ini semakin sulit melupakan perempuan pengkhianat itu." timpal kecewa dengan nada marah
Tiba-tiba seorang teman menepuk bahuku untuk mengajak pulang. Rindu tak sempat membela diri, mungkin di pertemuan berikutnya dia akan menjawab dan memenangkan perdebatan itu.
Entah kapan perdebatan itu akan berlanjut lagi, tapi yakinku dalam waktu dekat mereka akan bertemu lagi.