Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Film "Negeri Dongeng", Memotret Indonesia yang Sesungguhnya

8 November 2017   22:41 Diperbarui: 9 November 2017   09:21 2298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: superadventure.co.id

Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintaimu harus menjelma aku

(Sapardi Djoko Damono)

Film dokumenter Negeri Dongeng dirilis pada 26 Oktober 2017. Ekspedisinya sendiri dimulai pada November 2014 dan berakhir pada Mei 2016. Post productionmenghabiskan waktu hingga Agustus 2017. Tim Aksa 7 terdiri dari Anggi Frisca sebagai sutradara serta sinematografer yaitu Teguh Rahmadi, Rivan Hanggarai, Jogie Nadeak, Yohanes Pattiasina, Wihana Erlangga, dan Chandra Sembiring. 

Aksa berarti mata sementara tujuh mengacu kepada tujuh puncak tertinggi Nusantara yang dicapai oleh tujuh pendaki. Ekspedisi diawali di Gunung Kerinci (3805 mdpl). Tim dihadapkan pada sebuah fakta, daun teh nomor satu Indonesia diekspor sementara daun teh nomor dua dan tiga diolah menjadi teh premium yang dikonsumsi di negeri sendiri. Bahkan masyarakat yang bekerja sebagai pemetik teh di kaki gunung tersebut tidak pernah merasakan teh yang mereka panen. Bayangkan kita tidak bisa menikmati hasil terbaik tanah sendiri!

Pada ekspedisi kedua di Gunung Semeru (3676 mdpl), tim berpegang pada prinsip tidak meninggalkan sampah di gunung. Untuk itu mereka memilih menyimpan setiap bahan makanan seperti mie instan atau beras dalam plastik besar ketimbang membawanya dalam bentuk sachet. Pada pendakian kali ini hadir guest ekspeditor, Matthew Tandioputra. 

Bocah berusia 11 tahun tersebut sejak kecil diajak ayahnya mendaki. Terlebih ia didiagnosis mengalami kelebihan energi yang membuatnya sulit berkonsentrasi. Aktivitas di alam terbukti mempercepat terapinya. Matthew mampu mengikuti ritme pendaki yang berusia jauh di atasnya. Bersama-sama mereka mengibarkan Sang Saka Merah Putih seraya berpelukan.

Sebelum menyeberang ke Lombok untuk menaiki Gunung Rinjani (3726 mdpl), tim sempat merayakan pergantian tahun di Bali. Di pendakian kali ini tim ditemani pegiat alam bebas Djukardi "Bongkeng" Adriana. Dalam perjalanan tim berpapasan dengan turis asing yang memberikan testimoni bahwa Indonesia ibarat negeri dongeng dengan sejuta misteri. Tak heran orang dari negeri seberang nyaman berdiam dalam jangka panjang di Indonesia lantaran penduduknya yang ramah dan udaranya yang hangat sepanjang tahun. Apakah keramahan itu berlangsung seterusnya?

Saat menyeberang ke Sulawesi, tim melihat kenyataan petugas di kapal yang membuang sampah ke laut. Bagaimana dengan keseimbangan ekosistem bila sampah itu tertelan oleh penghuni laut? Saat melewati medan berlumpur menuju Gunung Latimojong (3478 mdpl), tim menjadi saksi hutan yang gundul. Pada ekspedisi ini tim didampingi pendaki perempuan Alfira "Abex" Naftaly. Sayangnya saat menuruni bukit ia terjatuh dan harus ditandu.

Penebangan pohon yang masif berisiko menyebabkan longsor di kemudian hari. Salah satu anggota mengilustrasikan setiap pohon yang ditebang mampu membuat pengusaha itu membeli tas bermerk seharga puluhan juta. Di sisi lain masyarakat hidup dalam kemiskinan sebagaimana yang terlihat saat singgah di satu desa dalam pendakian ke Gunung Binaiya (3027 mdpl) bersama aktor Darius Sinathrya. 

Sayangnya Darius harus mengakhiri pendakian tiga hari sebelum mencapai puncak setelah menerima kabar duka berpulangnya anggota keluarga. Seorang bapak tua mengatakan, 'dahulu kita bisa hidup tanpa uang, mengandalkan semua yang tersedia di alam, sekarang harus punya uang untuk bertahan hidup'. Tak heran ada warga yang menambang emas di kaki gunung sebab penghasilan sebagai petani kurang mencukupi.

Dalam ekspedisi ke gunung yang berlokasi di Pulau Seram, Maluku tersebut tim menyaksikan seorang perempuan setengah baya yang rela menapaki jalan berjam-jam. Ia mengabdikan dirinya sebagai pengajar tunggal untuk anak-anak yang haus akan ilmu. Setiap ekspedisi menorehkan kisah yang berkesan. Seperti kisah sebelum tiba di puncak Gunung Binaiya, air minum habis. Tim mengitari tenda sambil berteriak memanggil hujan turun. Tak menunggu waktu lama, hujan turun dengan derasnya. Mereka segera menampung air hujan untuk persediaan. Sebagai luapan kegembiraan, mereka membuka mulut lebar-lebar menyambut air hujan yang menyejukkan tenggorokan.

Tim juga berkesempatan menonton pertunjukan musik tradisional yang dimainkan warga dengan hiburan tarian dari anak-anak. Di setiap pendakian tim tak lupa bergaul dengan warga sekitar, merasakan hidup tanpa jaringan internet atau memohon doa dari tetua adat agar pendakian berjalan lancar. Makan bersama warga dengan lauk ala kampung. Tidur di rumah panggung sederhana beratap dan berdinding kayu. Mereka bukan lagi satu tim, melainkan satu keluarga yang saling memotivasi.

Dukungan Masyarakat

Karena satu dan lain hal dalam periode beberapa bulan pendakian dihentikan. Selain itu ada pergantian personil seperti Teguh yang terbaring sakit. Jogie juga sempat absen dalam pendakian. Ia mengingatkan rekannya untuk mencari anggota lain sebagai teman curhat. Pendakian yang memakan waktu berbelas hari terkadang dirasakan membosankan. Perlu keteguhan mental. Mencurahkan isi hati melebihi obrolan dengan kekasih. Atau menceburkan diri ke sungai yang dingin untuk menyegarkan pikiran yang mulai jenuh. Atau ngeliwet, makan bersama di atas daun pisang yang semakin menambah kekompakan satu sama lain. Selain itu kewaspadaan terhindar dari pacet yang menghisap darah tanpa ampun seperti yang dialami tim saat mendaki Gunung Bukit Raya Kalimantan (2278 mdpl). Presenter Jejak Petualang Medina Kamil bergabung bersama tim. Pendakian ini terbilang sulit karena harus melewati hutan berlumut yang cukup licin.

Ekspedisi yang ditunggu-tunggu pun tiba, Gunung Carstensz (4884 mdpl). Putri Indonesia 2005 Nadine Chandrawinata yang hobi bertualang ikut dalam rombongan. Kekuatan masyarakat Papua dinilai tim luar biasa. Sebagai porter, mereka terlatih melewati lahan kering maupun sungai tanpa alas kaki. Saat beristirahat terkadang mereka saling bercanda, seolah lupa dengan beban barang yang harus dipikul. Masyarakat tua, muda dengan senyum  lebar mengantarkan tim menuju titik awal pendakian.

Udara dingin tak menyurutkan semangat tim melangkahkan kaki menuju puncak. Menaiki bukit yang terjal dengan batu yang tajam. Menyeberang melalui tali yang direntangkan di antara dua tebing yang berseberangan. Ketegangan dan keseruan bercampur menjadi satu. Lelah terbayar, tim berpelukan saat bendera kebanggaan bangsa Indonesia berkibar di Puncak Jaya yang tertutup salju abadi. Tim mengajak generasi muda menjaga dan melestarikan alam agar salju itu tidak lenyap akibat pemanasan global.

Film Negeri Dongeng hendak menyampaikan pesan bahwa yang terpenting dari sebuah pendakian adalah perjalanannya, bukan puncak yang akan dituju. Nikmati setiap proses. Selesaikan apa yang dimulai. Hidup adalah melakukan hal yang tidak disukai hingga akhir. Mendaki gunung itu menaklukkan diri sendiri. Belum ada buku yang mengajarkan bahwa mendaki gunung itu tidak mudah. Mengutip puisi yang ditulis Sapardi Djoko Damono,

pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun