Mohon tunggu...
Citra Melati
Citra Melati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan pembelajar

@cmelati86

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia Itu Sederhana

31 Desember 2020   23:03 Diperbarui: 29 April 2021   06:52 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencari kebahagiaan dari hal sederhana. | freepik.com

Seperti manusia sudah hilang rasa ke-manusian-nya, tanaman saja bisa stres apalagi manusia, tanaman akan bahagia dan tumbuh baik bila diperdengarkan kata kata baik apalagi manusia sebagai makhluk sempurna yang seharusnya lebih baik akal budi pekertinya dengan sesama.

Menginvestasikan diri dengan menjadi berdaya juga tampaknya diperlukan karena dengan kita berdaya kita juga bisa menjadi lebih berkembang dan positif untuk menginspirasi dan bermanfaat bagi orang lain. Versi bahagia orang bermacam macam. Bahagia menjadi diri sendiri. Bagaimana bisa bahagia apabila masih mengintimidasi dan membandingkan diri dengan orang lain. Bagaimana bisa membahagiakan orang lain kalau diri sendiri susah.

Suka merundung atau bully padahal orang yang suka membully terkadang licik jikalau dibalik diperlakukan tidak baik juga tidak mau,  juga sakit hati, bahkan kalau dilawan nangis juga. Body shaming atau menghakimi fisik orang seperti, " ih kok gendut, kok hitam kulitnya, dsb. 

Karena sakit hati omongan orang, sepertinya orang yang suka ngatai-ngatain harus dilawan supaya sadar karena otaknya sakit, sangat disayangkan banyak orang tidak mencintai fisiknya sampai bela belain operasi plastik. 

Mengejar kebahagiaan yang tak ada putusnya karena omongan orang, manusia menjadi tidak bisa bebas dan bahagia, tidak mencintai diri sendiri padahal setiap manusia diciptakan berbeda dan tidak ada standar kecantikan, itu hanya stigma masyarakat, media, dan iklan yang sudah mengakar kuat. 

Bisakah berbicara yang menenangkan layaknya suara air mengalir pegunungan? Jangan berbicara isinya penuh dengan duri beracun yang menusuk. Banyak hantaman judgement orang sekitar bahkan kerabat sendiri, seperti " kok belum kerja, kapan nikah, anaknya kok kurus, dsb  kalau istilahnya gini kan bacot. 

Penting menciptakan boundaries atau jarak kepada orang orang toxic atau kalau perlu lebih baik cut hubungan jika dirasa sudah keterlaluan, karena bahagia kita tergantung dengan lingkar pengaruh orang di sekeliling kita apakah membuat kita semakin jadi orang lebih baik atau buruk. Penting untuk memprioritaskan kebahagiaan diri dan berdolah supaya terhindar dari orang jahat. Biasanya orang jahat/negatif akan membawa kesialan hidup diri sendiri.

Bagaimana bahagia jika berkata saja menyakitkan, bahagia adalah ketentraman dan ketenangan hati. Bagaimana bahagia jika saling menghakimi, menghasut, menuding, mencemooh, mencibir, membicarakan kejelekan orang, menyakiti orang lain? Bukan kah lebih baik diam, diam itu emas apabila tidak membicarakan hal yang tidak baik, tidak ada manfaatnya, atau ghibah. Ini berarti pentingnya menjaga lisan karena kesia sian belaka yang menimbulkan dosa, lebih baik berbicara seperlunya saja yang ada manfaatnya.

Berbagi kebahagiaan mulai dari yang kecil, sederhana, apa yang ada di sekitar kita kepada sesama, kalau tidak bisa membahagiakan, paling tidak menyakiti sesama. Meringankan duka beban orang lain atau menyantuni orng kurang mampu juga memberikan kebahagiaan sendiri.

Bahagia adalah hak dan keharusan hakiki keberadaan manusia di bumi, selama manusia tidak menganggu hak kebahagiaan orang lain.

Bahagia bukan berarti bersenang senang menghamburkan uang untuk membeli barang konsumtif bukan fungsional hanya karena tren dan mengimpress orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun