Mohon tunggu...
Citra Melati
Citra Melati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan pembelajar

@cmelati86

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia Itu Sederhana

31 Desember 2020   23:03 Diperbarui: 29 April 2021   06:52 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencari kebahagiaan dari hal sederhana. | freepik.com

Apa yang marak terjadi hari ini adalah krisis moral, dimana orang yang berbeda dihujat, beda paham jadi baku hantam. Kapan damainya? Kapan bahagianya?

Terkadang rasa muak memberikan kebahagiaan ke orang lain ternyata hasilnya mengecewakan dengan pengorbanan dengan apa yang sudah dilakukan ternyata sia sia, karena tidak ada rasa penghargaan yang ada malah caci maki, penghinaan, kita tak mengharap balas jasa hanya ingin dihargai. Sepertinya manusia tak bisa berharap kepada manusia, tapi manusia masih punya harapan diri sendiri. Ketika harapan disandarkan kepada manusia menjadi pupus. 

Ricky Elson, pencipta mobil listrik. Ketika ada anak bangsa yang berrpestasi, mencintai negaranya, ingin memberikan sumbangsih negaranya, ternyata tidak dihargai karena tidak ada duitnya, malah di negara lain lebih dihargai, malah yang peduli hanya mentri Dahlan Iskan, dan Ricky lebih memilih kembali ke Indonesia beternak domba dan berbagi kebahagiaan dengan masyarakat desa sekitar dengan memanfaatkan ilmunya.

Dengan pemahaman dan sinergi positif antar manusia, individualistik mencintai diri sendiri otomatis akan menularkan kebahagiaan di sekitar. kesenjangan ekonomi yang melebar malah menciptakan kecemburuan yang menimbulkan orang menjadi tidak bahagia, orang menjadi egois tidak peduli dengan orang lain dan menciptakan peningkatan kriminalitas.

Indeks kebahagiaan akan terlihat apabila warganya tidak ada yang kelaparan, kesetaraan tidak ada kesenjangan sosial, tidak ada kriminalitas merasa aman, tidak ada huru hara, dll.

Lihatlah sebagian besar orang barat yang kebanyakan notabene individualistik artinya mereka punya privasi artinya tidak mengganggu, juga tidak ingin diganggu tapi bukan berati cuek dengan lingkungan sekitar malah mereka lebih menghargai orang lain, sangat peduli dengan alam secara mendetail. 

Tidak meributkan hal remeh mencampuri kehidupan orang dan menghargai perbedaan, karena banyak hal yang lebih esensial untuk dikerjakan daripada hal receh untuk diperdebatkan. Sehingga bisa dikatakan mereka lebih maju dan menjadi warga yamg lebih bahagia. Maksudnya disini kita ambil sisi positif dari kebiasaan barat yang patut ditiru.

Berikut lagu indonesia raya jarang atau tidak dikumandangkan di bait 2,

Stanza II

Indonesia Tanah Yang Mulia,

Tanah Kita yang Kaya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun