"Apa dia baik-baik saja Dok?"
"Mana ada orang terpeleset bersimbah darah baik-baik saja. Aku rasa kamu yang tidak baik-baik saja. Otak dan matamu agak sedikit buram."
Bram terdiam. Tak ada sedikitpun kata yang keluar dari mulut Bram.
Dru perhatikan Bram dengan telinga yang telanjur terendam cacian dari Bram.
"Bram, aku membutuhkanmu. Namun jika aku berulang memohon padamu dan kau tak pernah menggubrisnya. Aku pergi."
Bram menoleh pada Dru yang masih belum sadar sedari tadi.
"Aku pernah di sini. Dan aku bosan di sini. Bosan pada fase mengeluh dan menangisi kehidupanku. Aku mau bahagia. Jika kau tak bisa, akan kucari mahluk Tuhan yang dapat membahagiakanku, lahir dan bathin."
Bram tak mendengarkan Dru. Mungkin tak merasakan perasaan Dru. Dia terlalu sibuk dengan segala kesibukan yang Dru coba pahami. Seandainya saja, nama Bram bukan nama yang paling atas muncul di whastapp Dru, mungkin orang yang menemukan Dru tak akan hubungi Bram. Mungkin saat ini Bram pun akan biasa saja melihat kondisi Dru.
Ah, persetan dengan segala prasangkaku. Aku pernah di sini, saat aku terjatuh dan mulai bangkit lagi. Aku tahu aku bisa. Maka dengan segala kekuatanku akan aku hapus Bram secara perlahan, jika mukzizat tentang cinta darimu tak akan pernah ada untukku.
#Bandung, 06 Desember