Bu Is picingkan mata, mendekat makin mendekat.
"Opone toh yang keliru Pak?. Lah itu memang memang korek toh Paaaak...."
" Lah iya iki korek Buk, yang bilang iki biji salak sopo?. Iki basah lo, aku ga bisa pake, memang ibu ga pindahkan celana Bapak?.
"Pindahin. Tadi pagi. Bu Is melengos, melihat tampang Bapak begitu sudah tak  aman lama-lama diladeni."
Dibesutnya RX 125 dengan kecepatan penuh. Emosi motor dan pengemudi sama-sama sedang tersulut.
Bu Is terpana. Begini kelakuan Bapak. Kalau sedang kalut ,emosinya langsung membumbung tinggi. Apa saja jadi salah dibuatnya. Kadang Bu Is tidak mengerti, alasan untuk Bu Is bisa bertahan menghadapi Pak Sis.
Tidak sampai satu jam, suara motor Pak Sis sudah kembali terdengar, lo kok tidak lama. Biasanya Pak Sis akan habiskan waktu seharian kalau sudah bercegkrama dengan RX 125 nya.
Gawat, teh tubruk belum Bu Is siapkan, pisang goreng masih di wajan.
"Nay...Naylaaaaa. Ayok cepat bantu Ibu!"
Tak ada suara.
Ah, Nayla persis kaya Bapaknya. Kalau sudah marah, ngamuk-ngamuk lalu mengurung diri dan kalau sudah begini Bu Is merasa tinggal sendirian.