Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pecundang Tua

7 Agustus 2020   16:26 Diperbarui: 7 Agustus 2020   16:27 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar Supriyanto muda.kompas.id

Ada syair kesedihan melantun dari lagumu
Seperti selendang melingkar di leher yang sesak
Sepotong asa terselip di antara suara parau
Tersembunyi di balik airmata yang telah membatu
Dari anak manusia yang telah menjelma menjadi patung pualam

Hari-hari telah menjadi debu yang berlalu dari jiwamu
Mawar yang bermekaran telah kehilangan wangi
Engkau telah kalah melawan dunia
Kau tak punya lagi yang tersimpan, meski dari kekalahanmu
Semua yang terlihat adalah kabut merah yang menjadi misteri

Ada kerikil tajam bersembunyi di jalananmu
Luka dan perih menjadi tahta yang kau usung
Menuju rumah-rumah yang bukan milikmu
Jiwamu telah menjadi asing bagi dirimu sendiri
Membuatmu terdiam dan perlahan menuju mati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun