Ada syair kesedihan melantun dari lagumu
Seperti selendang melingkar di leher yang sesak
Sepotong asa terselip di antara suara parau
Tersembunyi di balik airmata yang telah membatu
Dari anak manusia yang telah menjelma menjadi patung pualam
Hari-hari telah menjadi debu yang berlalu dari jiwamu
Mawar yang bermekaran telah kehilangan wangi
Engkau telah kalah melawan dunia
Kau tak punya lagi yang tersimpan, meski dari kekalahanmu
Semua yang terlihat adalah kabut merah yang menjadi misteri
Ada kerikil tajam bersembunyi di jalananmu
Luka dan perih menjadi tahta yang kau usung
Menuju rumah-rumah yang bukan milikmu
Jiwamu telah menjadi asing bagi dirimu sendiri
Membuatmu terdiam dan perlahan menuju mati