Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Menungkul

10 Juli 2020   13:51 Diperbarui: 10 Juli 2020   13:48 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. pribadi Denhy Lahundape

Rinai hujan masih menitik, menyaput sinar mentari yang malu-malu manja di cakrawala pagi. Rasa enggan masih mendekap hangat membisikkan bujuk agar tak beranjak dan terus saja berdekam mesra dengan rasa malas.
Namun Sonata sumbang dari irama keroncong perut yang mengiringi perihnya lambung kosong. Seperti menampar, menghardik untuk segera bangkit, meski segala ingin tidak harus berjalan mulus namun bermalasan adalah kebodohan yang membinasakan jiwa.
Tak malukah pada Kokok ayam yang menantang rinai hujan. Dengarkan dengan baik , Kokok itu bernyanyi.
Hidup memang selalu berisi mimpi-mimpi yang indah, tapi bukan mimpi-mimpi yang terlahir dari tidur. Rencana terindah pun kadang luruh tak berdaya di hadapan realita, bertekuk dikubangan kegagalan dan akhirnya hilang melebur menjadi  halusinasi. Tapi janganlah menungkul, mengaku kalah pada dunia adalah bencana yang lebih hebat dari kebodohan, tetaplah bangkit, karena perlawanan terbesar dari kegagalan adalah bangkit dengan perkasa.
Tidak pernah ada hari kemarin, tidak pula ada hari ini, dan tak akan pernah ada hari esok, jika hari ini diri terpenjara dalam kungkungan kemalasan. Sobat teruslah tertawa bersama hari-hari yang kita isi dengan karya, karena hidup itu bukan hanya untuk bernapas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun