Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Menghakimi Tanpa Memahami

9 Maret 2024   20:54 Diperbarui: 9 Maret 2024   21:06 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan menghakimi tanpa memahami (dok. pribadi)

"Jangan Menghakimi" merupakan panggilan untuk mengubah perspektif dan tindakan yang menjadi pondasi untuk menjalin hubungan yang lebih kuat dan membangun dunia yang lebih terbuka, di mana setiap orang merasa dihargai dan dipahami.

Di tengah kompleksitas kehidupan sosial, seringkali kita menemukan diri kita terjebak dalam kecenderungan untuk menghakimi orang lain tanpa benar-benar memahami latar belakang atau konteksnya. 

Sebuah sikap bijaksana adalah mengingatkan diri kita untuk tidak terburu-buru menarik kesimpulan, karena tanpa pemahaman yang memadai, penghakiman tersebut dapat menjadi bumerang yang merugikan.

Penting untuk menyadari bahwa setiap individu memiliki latar belakang, pengalaman, dan nilai-nilai yang unik. 

Sebelum kita menghakimi, sebaiknya kita membuka diri untuk memahami perspektif mereka. 

Terkadang, apa yang muncul sebagai tindakan yang tidak masuk akal bagi kita dapat memiliki alasan yang kuat bagi orang lain. 

Contoh Kasus  "Jangan Menghakimi Tanpa Memahami":

Bayangkan seorang mahasiswa baru di sebuah kampus yang terkenal dengan program studi teknik. Suatu hari, dia terlihat sering menyendiri dan jarang ikut kegiatan sosial. Beberapa teman sekelas mulai menghakimi, mengasumsikan bahwa mahasiswa tersebut sombong atau tidak ramah.

Namun, setelah berbicara dengannya secara mendalam, ternyata dia adalah seorang introvert yang sedang berjuang menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. 

Pengalaman masa kecil yang sulit membuatnya cenderung lebih tertutup. Dengan memahami latar belakangnya, persepsi negatif yang awalnya muncul berubah menjadi simpati, dan teman-teman sekelasnya mulai memberikan dukungan untuk membantu dia merasa lebih nyaman di lingkungan kampus.

Dalam kasus ini, menghakimi tanpa memahami situasi sebenarnya dapat menciptakan ketidaknyamanan dan membuat mahasiswa tersebut merasa terisolasi. 

Namun, dengan pendekatan yang lebih empatik dan pemahaman yang lebih baik terhadap konteksnya, teman-teman sekelasnya berhasil menciptakan lingkungan yang mendukung dan inklusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun