Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatanku di Beberapa Stasiun MRT Jakarta, sebagai Arsitek dan Disabilitas

9 Juni 2021   15:04 Diperbarui: 9 Juni 2021   15:10 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi - Space antara peron dan kereta, tidak terlalu lebar, yang bisa membuat aku naman di atas kursi roda ajaibku, tanpa bantuan "tamp mobile"

Banyak bukti2 yang sering aku jabarkan di banyak tulisanku tentang ini, termasuk arstikel2 baru ku tentang "menyusuri jalan protocol Sudirman -- Thamrin" ini .....

Ketika aku keewa dengan tidak adanya "jalur kuning" dan berubah menjadi "jalur abu2 gelap" di stasiun MRT ini, aku cukup terkesima dengan pelayanan petugas2 stasiun. Wajah yang ramah dengan tutur kata nya jelas, serta keinginan terus untuk membantu aku, cukup membuat aku senang.

Di stasiun Thamrin sampai Gelora Senayan, space antara peron dan kereta cukup tipis, sehingga aku bisa melaluinya dengan kursi roda ajaibku tanpa masalah.

Tetapi dari Stasiun Gelora Senayan menuju sebaliknya untuk ke Stasiun Setia Budi, karena mobil mas Ivan diparkir di Hotel Le Meredien, ternyata space antara peron dan kereta cukup besar, sehingga bisa saja roda kursi roda ajaibku, tersangkut.

Dokumentasi pribadi - Foto pertama, space anatar peron dan kereta tidak terlalu besar, sehingga tanpa bantuan "ramp mobile" pun, aku bisa nyaman dan aman ....
Dokumentasi pribadi - Foto pertama, space anatar peron dan kereta tidak terlalu besar, sehingga tanpa bantuan "ramp mobile" pun, aku bisa nyaman dan aman ....
Foto kedua, antara peron dan kereta cukup jauh dan ketinggianyapun lumayan tinggi, sehingga jika aku paksakan tanpa bantuan "ramp mobile', kursi roda ajaibku akan tersangkut ..... Sehingga aku membutuhkan bantuan "ramp mobile"
Foto kedua, antara peron dan kereta cukup jauh dan ketinggianyapun lumayan tinggi, sehingga jika aku paksakan tanpa bantuan "ramp mobile', kursi roda ajaibku akan tersangkut ..... Sehingga aku membutuhkan bantuan "ramp mobile"
Dokumentasi pribadi Petugas stasiun MRT yang ramah membantu aku memasang "ramp mobile' untuk kursi roda ajaibku .....
Dokumentasi pribadi Petugas stasiun MRT yang ramah membantu aku memasang "ramp mobile' untuk kursi roda ajaibku .....
Dokumentasi pribadi Petugas stasiun MRT yang ramah membantu aku memasang "ramp mobile' untuk kursi roda ajaibku .....
Dokumentasi pribadi Petugas stasiun MRT yang ramah membantu aku memasang "ramp mobile' untuk kursi roda ajaibku .....
Dokumentasi pribadi - Dan aku nyaman untuk berjalan diatas "ramp mobile"
Dokumentasi pribadi - Dan aku nyaman untuk berjalan diatas "ramp mobile"
                                                                                                                               

Sehingga, petugas stasiun Gelora Senayan, sepertinya menghubungi petugas Stasiun Setia Budi, untuk menjemputku disana, dengan membawa "ramp mobile" untuk aku turun dari kereta ke peron.

Aku masuk kereta dari peron Gelora Senayan, dengan memakai "ramp mobilr", tetapi ternyata di Stasiu Setia Busi, tidak ada yang menjemputku. Sehingga, aku minta tolong mas Ivan untuk menjaga kursi roda ajaibku jika rodanya tersangkut ......

Apa yang akan ku katakan?

Bahwa, konsep MRT untuk melayani disabilitas kursi roda, sudah sangat baik, dengan keramahan dan kepeduliannya. Tetapi, memang perlu dan terus harus diperbaiki, untuk bisa menghailkan sebuah "kota yang ramah disabilitas".

Bahwa, kota ramah disabilitas oun, bukan hanya sekedar membangun kota dengan fasilitas1 yang cangih, tetapi juga bagaimana kota ini ramah bagi warga disabilitas .....

Lanjut .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun