Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tampilan Bahasa di Dunia Inklusi

30 Mei 2017   14:48 Diperbarui: 30 Mei 2017   14:58 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

www.CBC.ca

Berinteraksi dengan penyandang disabilitas, termasuk sebagai komunikasi. Tetapi berinteraksi lebih kepada sentuhan dan gerakan. Komunikasi lebih kepada berbicara. Mungkin aku salah, karena ini Cuma konsepku saja.

Tetapi yang jelas, selama kita saling berinteraksi walau tidak bisa saling berbicara, otak kita akan berdenyut, mengharapkan sensasi semangat. Misalnya, ketika aku tidak bisa berinteraksi kongkow dengan teman2, aku berinteraksi lewat medsos, dimana medsos tidak saling berbicara, tetapi berintearksi dengan tulisan2ku.

Ketika berinteraksi menghasilkan semangat karena bergerak dan saling bertegur sapa, tidak demikian denan komunikasi. “Bahasa” yang bagaimana yang bisa kita tampilkan dengagn disabilitas, karena antar merekapun bisa terjadi bahasa2 yang berbeda.

Misalnya,


Bagi disabilitas rungu, tampilan bahasa mereka adalah ‘bahasa isyarat’, dimana yang tidak mengerti bahasa isyarat, tidak akan bisa berkomunikasi dengagn mereka. Bahasa isyarat bisa dipelajari, tergantung kemauan.

Bagi disabilitas netra, tampilan bahasa mereka pun bukan hanya berbicara secara lisan, tetapi jika komunikasi secara tertulis mereka harus bisa berbahasa dengan huruf Braille. Dan jika andaikan disabilitas netra dan disabilitas rungu, bagaimana yang terjadi?

Disabilitas netra bisa secara lisan berbicara, tetapi disablitas rungu tidak bisa mendengar pembicaraannya. Atau sebaliknya, disabilitas netra tidak bisa melihat bahasa isyarat ketika disabilitas rungu memperagakannya.

Ribet? Memang …..

Tetapi judtru inilah seninya. Aku hidup di tengah2 kaum disabilitas. Dimana aku mempunyai banyak sahabat disabilitas rungu dan banyak sahabat disabilitas netra, tetapi antar mereka sendiripun sudah terjalin persahabatan.

Aku sendiri tidak mengerti bagaimana jalinan komunikasi bahasanya, tetapi aku tahu mereka saling berintraksi lewat banyak hal. Yang jelas, antara mereka memang terjalin hati yang saling menghargai sehingga merek mampu menerima diri mereka sendri dan sahabat2nya.

Mungkin bagi yang non-disabilitas, membaca banyak dan kecil2 sebuah surat, hanya beberapa menit bahkan detik saja. Tetapi kadang2 tidak untuk disabilitas. Misalnya, untukku sendiri aku merasa berat dan kepalaku bergoyang ketika aku harus membaca tulisan yang kecil2, apalagi aku harus mencernanya.

Sorang disabilitas karena stroke seperti aku, otakku sendiri sudah cacat. Syaraf2 otakku ada yang lemah bahkan mati, sehingga fungsi otakku sedikit melambat dibandingkan dengan otakku sebelum sakit.

Dengan melampatnya fungsi otakku sekarang ini, terkadang aku tidak mampu banyak melakukan aktifitas2 yang sama dengan masyarakat pada umumnya. Tetapi bukan berarti aku tidak bisa, tetapi caranya saka yang berbeda. Yang jelas membedakan adalah, aku melakukan sesuatu itu selalu lebih lambat namun pasti.

Ketika masyarakat umum puas dengan hasil pekerjaannya, ternyata tidak untukku. Karena aku menyadari bahwa otakku lambat untuk melakukan pekerjaan itu, alhasil aku merasa harus ‘menggantikan’ waktuku yang terbuang di awal mulai melakukan pekerjaan itu. Sehingga, aku terus tdak puas dengan hasil kerjaku, terus dan terus ….. akhirnya menghasilkan prestasi …..

Lebay? Ya tidak!

Jika masyarakat umum mampu berkata2 dan membaca surat2 sebih banyak, belum tentu kami yang dalam keterbatasan. Sehingga hak2 yang kami minta adalah menjabarkan bahasa tertulis dalam bentuk besar dan komunikasi padat.

Contohnya,

Jabaran sebuah bahasa yang padat, itu ada di sebuah contoh iklan yang dicetak besar2 dalam baliho. Atau multimedia dalam TV atau internet, bahasa visual yang padat dan komunikatif. Dimana bagi penyandang disabilitas manapun di dunia sekaarng era millennia dan era digital, akan mampu “membacanya”, termasuk disabilitas netra.

Bagaimana disabilitas netra mampu “membacanya?”

Karena dunia teknologi sekarang memang sudah sangat memungkinkan. Dangan barang2 elektronik bersuara, bahkan disabiiltas netra mampu mengetik WA atau inbox, secepat masyarakat umum, bahkan bisa lebih cepat lgi …..

Komunikasi antar disabilitas dan antara disabilitas dan masyarakat umu ini lah yang harus terus diperbaharui. Tampilan komunikasi seperti huruf Braille, cetak ukuran besar, Multimedia yang mudah diakses, audio visual atau format2 yang lebih kreatif itu pun bermunculan, menghasilkan pribadi2 disabilitas semakin maju dan semakin mupunya.

Sehingga sebenarnya, perusahaan akan lebih terbantu dengagn pekerja disabilitas yang lebih efisien dalam melakukan pekerjaan2nya.

Sangatlah penting, untuk memastikan bahwa penyandang disabilitas  data berintegrasi dengagn baik, di semua lingkungagn masyarakat umum. Apalagi untuk pekerja disabilitas yang memang baru mulai bergmul dengan pekerjaan2 mereka.

Begitu juga, ketika perusahaan dituntut untuk lebih por-aktif mentraining diri (perusahaan itu) untuk terus mengamati dan memperlajari tentang aktifitas bagi pekerja disabilitas. Dan sudah seharusnyalah, perusahan selalu membawa pekerja disabilitas untuk selalu berintearksi, janan hanya berdiam diri saja. Karena masih banyak bakat2 terpendam di otak para pekerja disabilitas, yang kita tidak akan pernah tahu ……

Komunikasi ini akan membuat hubungan inklusi yang harmonis, sebelum akhirnya semuanya mendapatkan kenyamanan dalam bekerja. Tanpa membedakan status pekerja disabilitas atau pekerja non-disabilitas, aku yakin sebuah perusahaan yang bisa dan mampu untuk mengajak semua pegawainya saling menghornati dan menghargai, perusahaan iru akan menjadi sinar yang tidak kunjung padam bagi likungannya ……

***

Tampilan komunikasi antara jenis disabilitas dan antara disabilitas serta masyarakat umu, memang berbeda, Tetapi yang paling utama adalah sebuah control diri untuk bisa mengerti bahwa perbedaan memang ada, tetapi jangan justru perbedaan itu yang ditonjolkan.

Yang ditonjolkan bukanlah perbedaannyanya, melainkan persamaannya, yaitu saling menghargai, saling menghormati dan saling mengasihi. Dan hasilnya akan menjadi sebuah tempat inklusi yang nyama untuk hidup dengan tentram ……

Sebelumnya :

Tersenyum dan Tertawalah Kepada Kami, untuk Berinteraksi

Pekerja Disabilitas : Hak Mereka Sama, Mimpi Mereka pun Sama …..

‘Analisa Pekerjaan’ bagi Pekerja Disabilitas, Perlukah?

Bagaimana Cara Mempekerjakan Penyandang Disabilitas?

Akses Kaum Disabilitas untuk Bekerja

“Beban Negara”kah, Kaum Disabilitas?

Kisah Seorang Gadis Tuna Rungu

“Zona Nyaman” Bagi Disabilitas di Lingkungan Pribadi

“Dibalik Kelemahan Kami, Adalah Kekuatan Kami” [Dunia Disabilitas]

Penyakit ‘Multiple Sclerosis’ yang Meremukkan Seorang Sahabatku, Semakin Memburuk …..

Keterbatasan Mereka Justru adalah Kekuatan Mereka

Sekali Lagi, “Mereka Ada” : Catatan dari Rawinala

‘Mereka’ adalah Inspirasi yang Terpendam …..

“Mereka Ada ……”

Penyandang ‘Pasca Stroke’ Diminta Pensiun Dini? Sedih …..

Kaum Disabled Jangan Manja, Karena Kepedulian Itu Masih Lama!

Oda itu Adalah Sahabatku

‘Hidup di Jakarta itu Serasa Dalam Hutan, Siapa yang Kuat Dialah yang Menang!’

Terpuruk? Apalagi Sebagai Insan Pasca Stroke, Sangatlah Manusiawi!

Bersaksi untuk Indonesia, dari Aku ‘Ordinary Disabled Woman coz of Stroke’

Untukmu Indonesiaku, dari Aku ‘Ordinary Disabled Woman coz of Stroke’ …..

Cacat? Disabilitas? Mimpi Kita Semua Sama, koq!

Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan ‘Toilet Disabled?’

‘Peduli Disabilitas’ : Dunia Berharga Penuh Makna

Sebuah Catatan dari Kaum Disabled

Di Sebuah Kota yang Ramah bagi Warga 'Disabled', seperti Aku .....

Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga 'Disabled' di Indonesia ?

Warga 'Disabled' Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa : Sebuah Perenungan Diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun