Mohon tunggu...
Christanto Panglaksana
Christanto Panglaksana Mohon Tunggu... Penulis

Warga pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Setahun Gibran: Dari Beban Reputasi, Beban Suksesi, hingga Beban Sejarah

20 Oktober 2025   08:32 Diperbarui: 20 Oktober 2025   08:32 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden RI Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka bersalaman dalam momen ulang tahun Prabowo ke-74 (Kompas.com/Dok. IG Prabowo Subianto)

Kekosongan Pengaruh dan Bayang-Bayang Kabinet

Dalam satu tahun terakhir, tidak ada inisiatif signifikan yang dapat diatributkan langsung kepada Gibran. Tak ada program besar, tak ada arah kebijakan yang menunjukkan jejak tangannya.

Meskipun sejumlah loyalis Jokowi masih duduk di dalamnya, makna kehadiran sang wakil presiden nyaris nihil di kabinet. Situasi ini melahirkan kekosongan pengaruh: jaringan lama Jokowi masih aktif, tapi kehilangan pusat koordinasi yang hidup.

Kehadiran sejumlah figur loyalis Jokowi di kabinet memang sempat memberi kesan bahwa Jokowi masih "mengendalikan" pemerintahan lewat proksi.

Tapi, dalam praktiknya, keberadaan mereka lebih seperti sisa-sisa struktur lama yang bertahan tanpa arah baru. Mereka kehilangan momentum karena Gibran tak mampu menjadi simpul politik yang memberi arah, visi, atau kejelasan posisi.

Dalam sistem politik yang berbasis hierarki, ketidakmampuan mengartikulasikan peran bisa berarti kehilangan legitimasi. Gibran menjadi semacam "ruang kosong" di puncak negara: memiliki posisi, tapi tak mampu menjadi pusat gravitasi.

Ia gagal bukan karena diserang, melainkan karena tidak kapabel. Dalam politik, diam tidak selalu berarti bentuk kehati-hatian, tapi tanda kehilangan daya.

Akibatnya, Jokowi semakin terdesak pada dua pilihan yang sama-sama berisiko: membiarkan Gibran berjalan dengan kapasitas minim, atau turun tangan langsung untuk menyelamatkan citra dinastinya.

Masalahnya, pilihan pertama membuat dinasti tampak lemah; pilihan kedua membuat Jokowi terlihat enggan berhenti berkuasa. Dalam dilema ini, yang kalah justru bukan hanya Gibran, tapi seluruh proyek politik keluarga Jokowi.

Demonstrasi Agustus: Ujian Nyata yang Membuka Peta Baru

Demonstrasi besar-besaran pada akhir Agustus hingga awal September 2025 menjadi titik balik bagi pemerintahan Prabowo-Gibran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun