Kopi sachet, sebaliknya, diglorifikasi sebagai bagian dari kehidupan normal. Tidak ada stigma bagi peminum kopi instan, meski secara medis dampaknya serius.Â
Konsumsi kopi sachet bahkan dianggap bisa meningkatkan solidaritas sosial: minum bersama teman kantor, begadang bersama teman kampus, atau sekadar mengisi waktu santai. Dengan demikian, kopi sachet menciptakan keterikatan sosial yang dianggap positif, berbeda dari rokok yang dianggap asosial.
Stigmatisasi rokok melahirkan diskriminasi di ruang publik. Ruang merokok dipersempit, harga dinaikkan, dan perokok dipaksa menyembunyikan kebiasaannya.Â
Hal ini bukan hanya soal kesehatan, melainkan juga soal bagaimana negara mengendalikan perilaku warganya. Perokok dipaksa tunduk pada standar moral tertentu yang ditentukan oleh kebijakan kesehatan global.
Kontrol sosial ini menunjukkan bahwa regulasi kesehatan tidak netral. Digunakan untuk membentuk perilaku, bahkan identitas sosial.Â
Perokok diposisikan sebagai "yang lain" (the other) dalam masyarakat, sementara peminum kopi sachet diposisikan sebagai bagian dari arus utama. Dengan cara ini, regulasi kesehatan turut membentuk hierarki sosial yang timpang.
Dimensi kontrol ini juga terkait erat dengan politik identitas. Tidak merokok bisa menjadi simbol status kelas menengah terdidik yang modern, sementara merokok dianggap perilaku kelas bawah yang ketinggalan zaman.Â
Kopi sachet, meskipun produk murah, tetap diberi citra modern sehingga tidak mengganggu identitas kelas menengah. Dengan demikian, perbedaan perlakuan ini juga memperkuat stratifikasi sosial.
Stigmatisasi selektif ini menyingkap wajah lain dari kapitalisme: kesehatan publik dijadikan alat untuk membatasi kelompok tertentu sambil melanggengkan produk lain yang menguntungkan.
Bahaya gula tidak dibicarakan karena peminum kopi sachet melintasi semua kelas sosial, sementara perokok yang mayoritas berasal dari kelas bawah lebih mudah dijadikan target stigma.
Ketidakadilan struktural kelima pun jelas: negara dan masyarakat internasional menggunakan isu kesehatan untuk menciptakan kontrol sosial yang tidak seimbang. Rokok dijadikan kambing hitam perilaku, sementara kopi sachet dibiarkan menjadi simbol keakraban.