Mohon tunggu...
Christanto Panglaksana
Christanto Panglaksana Mohon Tunggu... Penulis

Warga pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Suara Moral Dibalas Stigmatisasi: Romo Magnis, Reformasi Polri, dan Penyitaan Buku

20 September 2025   22:43 Diperbarui: 20 September 2025   22:54 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Besar Filsafat STF Driyarkara, Franz Magnis Suseno atau Romo Magnis (tengah) dalam konferensi pers Gerakan Nurani Bangsa di Jakarta. (Kompas.com)

Krisis Politik dan Kerusuhan Agustus

Gelombang kerusuhan yang pecah pada Agustus 2025 menjadi salah satu momen paling genting dalam sejarah demokrasi Indonesia pascareformasi. Kota-kota besar diwarnai demonstrasi, sebagian di antaranya berujung bentrokan keras dengan aparat.

Media massa mencatat eskalasi kekerasan, korban luka, bahkan korban jiwa. Publik pun terbelah: sebagian melihat kerusuhan sebagai ekspresi keresahan sosial, sebagian lain menuduh adanya dalang politik yang ingin mengguncang stabilitas pemerintahan.

Dalam konteks inilah, suara moral publik kembali dicari. Sosok-sosok intelektual dan pemimpin sipil ditunggu-tunggu pernyataannya. 

Frans Magnis Suseno, seorang filsuf dan rohaniwan yang sepanjang hidupnya menegaskan komitmen pada demokrasi, muncul sebagai salah satu suara penting. Ia tidak berbicara sebagai politisi, melainkan sebagai penjaga nurani bangsa.

Kehadirannya di ruang publik pada Agustus 2025 memperlihatkan bagaimana krisis bukan hanya soal bentrokan fisik, tetapi juga soal arah moral bangsa. Romo Magnis, demikian dia akrab dipanggil, sebagaimana sejak era Orde Baru, menempatkan diri sebagai cermin kritis: mengingatkan bahwa kekerasan, siapa pun pelakunya, tidak boleh membungkam akal sehat dan nurani.

Momen ini membuka babak baru keterlibatan Romo Magnis dalam wacana politik kontemporer: bukan sekadar akademisi atau rohaniwan, melainkan saksi moral yang suaranya memiliki bobot dalam menentukan arah wacana nasional.

Respons Sipil dan Gerakan Nurani Bangsa

Di tengah krisis tersebut, lahirlah inisiatif sipil yang menamakan diri Gerakan Nurani Bangsa. Gerakan ini mempertemukan berbagai tokoh lintas bidang: akademisi, aktivis, rohaniwan, dan pemimpin masyarakat.

Tujuan utamanya sederhana tetapi mendesak: memastikan bahwa kekerasan yang terjadi tidak ditutupi, melainkan diusut secara adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun