Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Renjanaku (12) Home Sweet Home

3 Oktober 2025   18:00 Diperbarui: 3 Oktober 2025   18:10 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://asset-2.tribunnews.com/prohaba/foto/bank/images/ilustrasi-jatuh-cinta.jpg

Hampir sebulan ini aku tinggal di rumah, dan aku balik lagi ke kamarku yang dulu. Hanya sesekali aku ke apartemenku. Tinggal sejenak di rumah ternyata membuat perubahan besar dalam hidupku. Waktuku kini lebih banyak kuhabiskan bersama keluargaku. Ngobrol dengan Papa, Mama, juga dengan Clara bersama Randy pacarnya. Aku benar-benar sangat menikmatinya.

 

Kemarin Tommy datang dengan keluarganya. Bertemu dengan Tommy merupakan hal yang luar biasa bagiku. Dulu aku tidak akrab dengannya, bahkan terkadang membencinya.

Ia selalu lebih dariku. Lebih pintar, lebih cakep, lebih memikat, lebih beruntung dan entah kenapa, uangnya selalu lebih banyak dariku. Aku cemburu kepadanya, terkadang ada kesan aku berusaha mencoba untuk melebihi dia dengan caraku sendiri, dan biasanya hal itu malah memperburuk keadaan.

Namun kali ini, kami ngobrol dengan enak dan saling menghormati. Tidak ada sedikitpun perasaan merendahkan atau menggurui dari Tommy. Aku merasakan perhatian dari seorang saudara yang benar-benar sayang kepadaku, dan aku sangat terkesan dengannya. Untuk pertamakalinya aku benar-benar sayang dan menaruh hormat pada Tommy. I love you bro...

Satu perubahan yang kurasakan, aku sekarang lebih tenang dan lebih percaya diri karena merasa ada keluarga yang akan selalu mendukungku. Ini membuat "egoku" sebagai lelaki benar-benar telah kembali, membuatku tidak perlu takut kepada siapapun, kecuali barangkali kepada.. suster ngesot.

Aku sudah benar-benar muak dengan Rini. Ia terus mencari-cari kesalahanku, terutama perihal kontrak penjualan yang gagal kemarin. Padahal aku sudah mencoba menjelaskannya secara detail, tetapi ia mengabaikannya. Secara terang-terangan, ia menyindirku dengan mengatakan bahwa aku menghamburkan waktu dan dana perusahaan demi ambisiku mengharapkan komisi penjualan.

Padahal ini pekerjaan kolektif, bukan hanya aku saja yang bekerja untuk kontrak penjualan tersebut. Tetapi semua terdiam, tidak ada yang membelaku, dan untuk setiap masalah, harus ada yang dipersalahkan. Ini sudah keterlaluan, untuk hal ini aku rasa sudah cukup. Aku tidak betah lagi di sini, aku tinggal mencari momen yang pas, bila perlu diusahakan saja!


(Bersambung)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun