Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tugas Berat Jokowi pada Periode Kedua

31 Juli 2019   19:43 Diperbarui: 31 Juli 2019   19:50 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duet Jokowi-Ma'ruf Amin, sumber : tribunnews.com

Freeport dan Blok Masela pun menjadi test-case bagi semua pihak untuk mengukur kekuatan secara terbuka. Ini persis seperti adu sumo antara orang-orang super gede! Drama "Papa minta saham" pun akhirnya membuat dua kubu terjengkang. Joko Solo kemudian menjadi pemenang! Horeee...

Perlahan tapi pasti Jokowi mulai membangun kekuatan agar bisa menata program dengan baik. Menyamakan persepsi dengan semua pihak diperlukan agar tercipta kestabilan di dalam negeri. Dengan demikian program pemerintah bisa berjalan dengan baik.

Langkah pertama tentu saja pembenahan kabinet. "Matahari itu hanya boleh satu" dan itu dijadikan sebagai pedoman bagi kabinet untuk bekerja.

Langkah kedua yang tak kalah pentingnya tentu saja dukungan parlemen. "Kalau engkau tak bisa menaklukkan lawanmu, maka jadikanlah ia temanmu" Koalisi Merah putih Prabowo yang selama ini menjadi penghalang kebijakan pemerintah pun akhirnya kandas setelah ditinggal pergi parpol pendukungnya yang kemudian hijrah ke Istana Negara.

Jadi Jokowi sadar betul bahwa dua faktor ini akan menjadi koentji kesuksesan program pemerintah pada periode 2019-2024 nanti. Yang pertama perlemen harus solid mendukung program kerja pemerintah, dan kedua, kabinet harus diisi oleh orang-orang yang cakap dan kredibel yang tidak perlu lagi diragukan integritasnya. Inilah tugas pokok pertama  Jokowi-Maruf Amin saat ini, sebelum masuk ke tahap berikutnya.

Apalagi target utama Jokowi pada periode kedua ini tetaplah membangun infrastruktur. Tanpa infrastruktur yang memadai, produk kita tidak akan punya daya saing karena Harga pokok produksi dan biaya transpor yang mahal.

Kalau harga listrik dan gas mahal tentu saja ongkos produksi akan mahal. Kalau jalan banyak berlubang dan dermaga terlalu kecil, maka ongkos truk dan pelabuhan akan mahal.

Ini seperti ayam dan telur. Kalau tak ada ayam pasti tak ada telur. Kalau tak ada telurnya dari mana datang ayamnya. Dana kita terbatas. Membangun listrik tenaga diesel investasinya murah tetapi biaya operasionalnya tinggi. Listrik tenaga air atau angin, biaya operasionalnya sangat rendah tapi biaya investasinya sangat tinggi. Sementara ini yang paling pas itu membangun PLTU batu bara.

Di tanah Batak Batubara memang banyak, tetapi lebih banyak lagi di Jambi dan Kalimantan! Daripada diekspor dengan harga murah, lebih baik dimanfaatkan untuk listrik dalam negeri. Masalahnya uang kita terbatas, dan yang mau bantu membangun pembangkit listrik itu hanya Cina saja. "ya elah aseng lagi" kata orang sebelah. Trus solusinya bijimana gan? Soalnya kalau listrik ini tidak diberesin dari sekarang, maka kita juga yang akan merugi nantinya.

***

Lalu, bagaimana sikap parpol menghadapi manuver politik Jokowi ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun