Unshattered Diamond karya Opicepaka ini merupakan pengalaman pertama saya menyunting sebuah naskah. Orang bilang, segala sesuatu yang pertama selalu mendebarkan. Unshattered Diamond persis memberikan efek seperti itu.Â
Di awal penyuntingan, penulis membeberkan kalau naskah yang dia kirimkan bukan utuh dari awal sampai akhir seperti yang sebelumnya dia publikasikan di Wattpad, melainkan hanya 2/3 saja. Memang, hal tersulit dari menangani naskah panjang adalah memampatkannya tanpa menghilangkan bagian-bagian penting.
Kami bekerja memangkas bagian awal naskah yang semula tidak penulis kirimkan. Akhirnya, jadilah buku harum yang kini sudah bisa dipesan di penerbitnya Dolce Media. Saya bukan seorang ahli yang pantas menilai apakah kolaborasi kami sebagai penulis-editor ini sudah memuaskan. Tapi kami berusaha memberikan yang terbaik. Semoga kalian menikmatinya sepenuh hati.
Hal yang saya sadari sebagai penulis fiksi yang kadang juga menulis sesuatu yang bukan fiksi adalah perbedaan mencolok yang mendasari terbentuknya narasi dalam sebuah teks. Otak kita bekerja dengan cara berbeda ketika menyusun tulisan fiksi dan yang bukan fiksi. Entah ini hanya terjadi pada saya, atau kamu juga merasakan?
Ketika menulis nonfiksi, saya tidak membutuhkan waktu lama untuk menyusun kata-kata atau merampungkannya jadi tulisan yang layak dibaca. Tapi ketika dihadapkan dengan naskah fiksi, saya punya lebih banyak pertimbangan untuk memilih kalimat atau mematangkan gagasan.Â
Mungkin karena dalam fiksi saya tidak bisa mengatakan langsung apa yang ingin saya sampaikan. Atau memang begitu cara kerja fiksi, lebih tersirat? Maka saya benar-benar mengapresiasi penulis-penulis fiksi yang mampu membangun narasi yang padu dan enak dinikmati, termasuk novel ini.
Bukan hal mudah membuat genre aksi yang bisa mengirimkan ketegangan tanpa mengilangkan esensi utama yaitu romansa antartokohnya. Interaksi dua tokoh utama, seorang pewaris perusahaan yaitu Berlian Yasa dan bodyguard-nya, Najandra Adhyaksa dalam Unshattered Diamond, berhasil menghadirkan narasi dengan emosi yang kuat serta ketegangan aksi yang cepat dan tepat.
Sedikit mengenal tentang novel ini, inilah poin-poin hebat yang saya petik dari menyimak kisah Lian dan Andra.
Mengubur Tak Menyembuhkan Luka Batin, Hadapilah!
"Dendam itu seperti menuang racun ke mulutmu sendiri, tapi berharap musuhmu yang mati."
Novel ini diawali sebuah adegan di mana ekspektasi atau gambaran ideal seorang anak tentang ayahnya sirna karena kekerasan. Bukan anak itu yang mendapat kekerasan. Dia menyaksikan ayahnya yang semula dia anggap sempurna memperlakukan orang lain dengan buruk.