Mohon tunggu...
Chelsea Octavina
Chelsea Octavina Mohon Tunggu... Sociology Education Students at Jakarta State University

Tertarik dengan isu-isu sosial, terutama dibidang politik, kesejahteraan masyarakat dan masalah psikologi sosial.

Selanjutnya

Tutup

Music

Idola yang Dikejar Bayangan: Renjun, Sasaeng dan Krisis Privasi di Era K-pop

3 Juli 2025   15:14 Diperbarui: 3 Juli 2025   15:28 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Huang Renjun (sumber: tempo.com) 

Fenomena Renjun dan kasus sasaeng fans membawa pelajaran penting dalam dunia pendidikan, khususnya dalam membentuk generasi yang lebih kritis, empatik, dan bertanggung jawab di era digital. Dunia pendidikan tidak bisa lagi hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga harus membangun kesadaran sosial dan etika dalam menggunakan teknologi dan media sosial.

Pertama, penting untuk memasukkan literasi digital sebagai bagian dari pendidikan formal. Anak muda perlu dibekali pemahaman tentang batas-batas privasi, etika komunikasi digital, dan dampak dari perilaku online yang berlebihan. Kasus Renjun menunjukkan bagaimana tindakan yang awalnya dimaksudkan sebagai perlindungan diri justru menimbulkan permasalahan baru ketika tidak diiringi dengan tanggung jawab kolektif dari komunitas daring.

Kedua, pendidikan karakter perlu diarahkan pada pembentukan empati yang tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga global. Dalam konteks ini, selebritas seperti Renjun bisa menjadi studi kasus tentang bagaimana publik sering gagal memanusiakan tokoh publik. Siswa dapat belajar bahwa idol adalah manusia biasa yang memiliki hak untuk merasa lelah, sedih, marah, dan berjarak dari publik.

Ketiga, pendidikan juga harus menjadi ruang yang mengajarkan refleksi sosial. Fenomena fandom dapat dijadikan bahan diskusi kritis di kelas untuk memahami bagaimana identitas dibentuk, bagaimana kekuasaan bekerja dalam budaya populer, dan bagaimana teknologi dapat memperkuat atau melemahkan solidaritas manusia. Dengan begitu, peserta didik akan mampu melihat peristiwa sosial bukan sekadar hiburan atau gosip, tetapi sebagai cermin dari dinamika sosial yang lebih dalam.

Kasus Renjun adalah lebih dari sekadar insiden antara idola dan penggemar obsesif. Ia merupakan refleksi dari kompleksitas hubungan manusia di era digital: bagaimana batas antara pribadi dan publik menjadi kabur, bagaimana solidaritas bisa berubah menjadi kekerasan, dan bagaimana individu dijerat oleh sistem yang memaksanya tampil sempurna terus-menerus.

Dengan pendekatan sosiologis, kita dapat memahami bahwa masalah ini bukan hanya persoalan etika individu, tetapi juga krisis sosial dan struktural. Industri hiburan harus mulai mempertimbangkan kembali sistem kerja dan perlindungan yang mereka berikan kepada artis. Di sisi lain, masyarakat, terutama generasi muda harus belajar membangun relasi yang sehat dengan figur publik, dengan menghormati ruang pribadi mereka sebagai manusia.

Dalam dunia yang serba terhubung ini, pendidikan menjadi benteng terakhir yang dapat membentuk warga digital yang bijak. Hanya dengan empati, kesadaran sosial, dan etika kolektif, kita bisa memastikan bahwa hubungan antara publik dan figur publik tetap manusiawi tanpa menanggalkan hak siapa pun untuk merasa aman, dihargai, dan dilindungi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun