Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Azan Masjid Agung Al-Ghuraba di Antara Denting Lonceng Gereja di Bajawa

30 April 2021   23:31 Diperbarui: 6 Mei 2021   18:00 5663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bila Anda pernah bertandang ke Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada, Flores, NTT, maka akan menjumpai sejumlah pemandangan menarik. Salah satunya menemukan beberapa rumah ibadah berdiri berdampingan. Beberapa gereja seperti menjadi pagar pelindung bagi satu-satunya masjid agung di kota itu.

Masjid bernama Al-Ghuraba Baiturrahman terletak di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Kisanata. Posisinya menghadap ke timur, dengan sedikit serong agar tetap bisa menatap Gereja GMIT Ebenhaezer yang tegak di hadapannya. Di antara kedua bangunan itu hanya terpisah ruas jalan utama dari dan menuju sejumlah titik perkantoran.

Melalui jalur yang sama umat Katolik yang bergerak dari arah timur kota Bajawa bisa menjangkau Gereja Katolik Mater Boni Consilii (MBC) Bajawa yang letaknya nyaris sepelempar batu dari Al-Ghuraba Baiturrahman. Bila dari titik yang sama lantas mengambil rute ke utara maka akan menjumpai Gereja Katolik Santu Yosef di wilayah Lebijaga.

Bajawa memang mungil. Dari ketinggian di jalur trans Flores, kota dingin ini berada di ceruk lingkaran pegunungan. Di tempat itu, puluhan ribu penduduk berdiam dengan beberapa ribu umat muslim dari antaranya.

Gereja Ebenhaezer berdiri menghadap Masjid Agung Al-Ghuraba: dokpri
Gereja Ebenhaezer berdiri menghadap Masjid Agung Al-Ghuraba: dokpri

Urat Nadi

Bapak H. Nainawa, seorang tokoh dan pemuka adat, seperti dituturkan Bapak Domi Mere Wea, mengatakan Bajawa berasal dari "Bhajawa." Kata "Bhajawa" terbentuk dari dua suku kata yakni "bha" yang berarti piring dan "Jawa" yang berarti perdamaian. Jawa juga bisa diartikan sebagai tanah Jawa. Dengan demikian, "Bhajawa" berarti "piring perdamaian" atau "piring dari Jawa."

Bhajawa adalah nama salah satu dari tujuh kampung yang berada di sisi barat Kota Bajawa. Tujuh kampung itu membentuk suatu persekutuan yang disebut " Nua Limazua. " Ketujuh kampung atau "nua" dalam bahasa setempat adalah Bhajawa, Bongiso, Bokua, Boseka, Pigasina, Boripo dan Wakomenge.

Dibanding enam kampung lainnya, Bhajawa dianggap sebagai yang terbesar. Tak heran bila Belanda kemudian menjadikannya sebagai pusat pemerintahan Onder Afdelling Ngada.

Masih dari sumber yang sama, nama Bhajawa kemudian berubah menjadi Bajawa karena pengaruh orang Belanda. Mereka cukup sulit berbicara bahasa daerah dengan tepat sehingga lambat laun mempopulerkan nama tempat tersebut sebagai Bajawa.

Ya, Belanda memang pernah menorehkan sejarah tersendiri di tempat itu. Saat terbentuk Onder Afdeling Ngada pada 1 April 1915, Bajawa ditetapkan sebagai ibukotanya. Dahulu lokasi Mapolres Ngada saat ini menjadi tempat tinggal "Gezaaghebber" atau "Controleur" yang menjadi pejabat setempat. Sejumlah pesanggrahan atau penginapan pernah berdiri di antaranya di lokasi Kantor Banwas dan bekas Kantor Kecamatan Ngada Bawa.

Kota Bajawa terletak di ketinggain sekitar 1.100 m di atas permukaan laut: dokpri
Kota Bajawa terletak di ketinggain sekitar 1.100 m di atas permukaan laut: dokpri

Sekitar 11 Oktober 1921 berdiri Paroki MBC Bajawa. Paroki ini baru memiliki gedung gereja sendiri pada 1922. Dalam perjalanan waktu, gedung gereja bergaya gotik rampung pada 30 Mei 1930. Ini menjadi satu dari sangat sedikit jejak sejarah masa silam yang masih terlihat hari ini.

Walau memiliki akar kekatolikan yang kuat, Bajawa tetap terbuka pada perubahan. Termasuk bagi tumbuh dan berkembangnya penduduk dari agama lain.

Tempat berhawa sejuk, dan oleh banyak orang dianggap dingin, kini menjadi rumah bersama. Pada Februari 2010, masjid lama dibongkar. Masjid itu telah berdiri sejak 1965. Saat dibongkar usianya tak kurang dari 45 tahun.

Masjid Agung Al-Ghuraba tampak megah: maps123.net
Masjid Agung Al-Ghuraba tampak megah: maps123.net

Tempat itu menjadi tonggak bagi bertumbuhnya keislaman di Bajawa. Sebelum diperbesar, masjid yang berdiri di atas tanah seluas 600 meter persegi itu memiliki jamaah sekitar 150 orang dengan dua muadzjin.

Seiring berjalannya waktu, jumlah jamaah semakin tumbuh pesat. Masjid yang semula berkapasitas 650 umat tak lagi cukup. Pembangunan gedung baru menjadi penting untuk menampung lebih banyak umat. Semula berukuran kecil, masjid itu terus mengalami perkembangan hingga kemudian memiliki tiga lantai.

Selain menampung lebih banyak umat, pada lantai dasarnya dapat digunakan sebagai sarana pendidikan, pertemuan, hingga perkantoran.

Desain dan bentuk masjid ini memang indah. Menjadi sarana ibadah yang pantas bagi umat muslim. Tetapi juga ikut memperindah kota Bajawa. Berada di pusat kota, masjid raya ini seperti menjadi bagian dari urat nadi kehidupan keagamaan di kota tersebut.

Gereja St Yosef Bajawa: dokpri
Gereja St Yosef Bajawa: dokpri

Sampai jauh

Hawa pekat toleransi itu begitu jelas terlihat saat hari besar keagamaan. Saat Idul Adha 2020 misalnya, Bupati Ngada, Drs. Paulus Soliwoa menyerahkan sejumlah hewan kurban untuk umat muslim di Bajawa. Penyerahan itu diberikan usai umat Islam menggelar sholat Idul Adha di Masjid Agung Al-Ghuraba.

Sementara itu, suasana malam takbiran di masjid itu akan terlihat jauh lebih ramai dari biasanya. Tidak hanya oleh umat muslim yang ingin beribadah yang berlanjut dengan takbiran. Tetapi terlihat puluhan pemuda dan pemudi tengah berkumpul dan bersiaga di halaman masjid.

Mereka adalah Orang Muda Katolik (OMK) dari Paroki St. Yosef Bajawa, OMK Paroki MBC, dan Pemuda GMIT Ebenhaezer Bajawa. Mereka hadir untuk memastikan saudara-saudari umat muslim bisa menggelar ibadah malam itu dengan khusuk. Para pemuda itu ingin ambil bagian dalam kelancaran puncak rangkaian ibadah Ramadan.

Gereja MBC Bajawa: dokpri
Gereja MBC Bajawa: dokpri

"Tidak berarti beda keyakinan menjadi pemisah bagi kita melainkan nilai kemanusiaan sebagai umat beragama yang diambil sebagai perwujudan dari rasa cinta terhadap daerah dan negara kita," demikian Ketua OMK Paroki St. Joseph Bajawa, Rikardus Gelu, terkait Ramadan 2019, kepada kupang.tribunnews.com.

Begitu juga sebaliknya. Sat Hari Paskah dan Hari Natal, kelompok Remaja Masjid (Remas) dan Pemuda GMIT pun ikut menjaga ketertiban.

Pemuda GMIT Ebenhaezer Bajawa Darius P.H. Jaya berkata,"Kami ingin buat kegiatan yang menyatukan...Kami sangat bangga bisa ambil bagian. Ini merupakan bagian dari merawat keberagaman. Dari Kota Bajawa kita belajar perbedaan itu indah. NTT itu Nusa Terindah Toleransinya."

Bisa dipastikan, Ramadan tahun ini, situasi pun bakal tak banyak berubah. Hingga puncak Idul Fitri nanti, Bajawa masih akan menjadi tempat yang subur bagi tumbuh dan berkembangnya silaturahmi.

Sejumlah OMK terlihat di halaman Masjid Al-Ghuraba saat malam Takbiran: portal.ngadakab.go.id
Sejumlah OMK terlihat di halaman Masjid Al-Ghuraba saat malam Takbiran: portal.ngadakab.go.id

Kehadiran Al-Ghuraba Baiturrahman menunjukkan dengan jelas seperti apa kehidupan beragama di kota kecil itu. Dengan derap ekonomi yang lambat, kehidupan keagamaan masyarakat setempat tetap berjalan harmonis. Suara azan dan denting lonceng gereja masih akan terdengar bersahutan. Menggaungkan toleransi dan kerukunan di kota dingin itu sampai jauh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun