Mohon tunggu...
Dwi Permata
Dwi Permata Mohon Tunggu... Freelancer - Nusantara Series

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Anoreksia: Perempuan, Kecemasan, dan Citra Diri

20 April 2021   11:10 Diperbarui: 23 April 2021   08:31 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diet yang berlebihan. (sumber: SHUTTERSTOCK/YURIY MAKSYMIV via kompas.com)

Sudah sejak lama isu mengenai kesehatan menjadi isu penting yang masih terus dibicarakan hingga saat ini. 

Isu kesehatan perempuan juga menjadi topik yang cukup diminati saat ini seperti dalam setiap pemberitaan tentang gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia, dipastikan perempuan selalu menjadi subjeknya. 

Menurut National Association of Anorexia Nervosa and Associated Disorders, kasus gangguan makan didominasi oleh perempuan dengan rentang usia 12-25 tahun. Apa yang menjadi sebabnya?

Perempuan merupakan makhluk yang peka terhadap tekanan sosial di lingkungannya. Mereka cenderung berpikir bahwa menjadi kurus, akan terlihat lebih menarik dan cantik. Berawal dari keinginan untuk memiliki tubuh yang kurus lalu menjadi obsesi tak sehat. 

Kurang lebih seperti ini gambaran sederhana anoreksia. Gangguan makan ini tergolong cukup ekstrem, penderita membatasi pola makannya bahkan ada juga mereka makan hanya untuk memanjakan lidahnya, lalu kemudian makanan tersebut dikeluarkan lagi. 

Anoreksia muncul diakbatkan karena ketidakpuasan pada penampilan. Tekanan sosial ini akan muncul ketika perempuan mulai mengalami puberitas hingga dewasa.

Kasus gangguan makan kini banyak muncul seiring dengan perkembangan zaman, saat semakin banyak perempuan yang masuk ke sektor publik.

Dalam beberapa kasus mereka menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga. Momen-momen sosial disektor publik sering menjadi pemicu bagi mereka yang mengalami gangguan makan. 

Sosial media juga menjadi salah satu pengaruh bagaimana perempuan mempersepsikan tubuhnya. Foto-foto yang tersebar di media sosial cenderung menggambarkan perempuan dengan tubuh kurus.

Hal tersebut secara tidak langsung juga berkaitan dengan rendahnya penerimaan terhadap tubuh mereka sehingga timbulah rasa cemas yang berlebihan seperti kecemasan terhadap kegemukkan. 

Faktor keluarga bisa ikut andil seseorang menjadi penderita anoreksia, biasanya tumbuh dibawah tekanan orang tua. 

Adanya konflik serta kurangnya kedekatan dengan orang tua sehingga kelaparan yang penderita ciptakan untuk menarik perhatian orang tua. Faktor lainnya yang menjadi seseorang menderita anoreksia adalah hormon tubuh yang tidak teratur dan faktor genetik atau keturunan.

Memiliki kecemasan menjadi gemuk, padahal sudah memiliki berat badan yang ideal atau sudah dibawah ideal. 

freepik.com
freepik.com

Kecenderungan akan ketidakpuasan terhadap tubuh yang akhirnya mempengaruhi persepsi terhadap bentuk dan berat tubuh. 

Beberapa gejala penderita anoreksi adalah obsesi memiliki tubuh kurus, berbagai cara mereka lakukan untuk mengontrol asupan kalori mereka secara ketat. 

Penderita anoreksia biasanya berasal dari masyarakat ekonomi menengah ke atas dan lebih sering ditemukan pada negara maju atau negara barat. Semakin banyak daya beli dan budaya konsumerisme yang meningkat turut menambah kepedulian terhadap citra diri.

Anoreksia dapat berakibat secara fisik maupun psikologis, seperti depresi, gangguan siklus menstruasi, dehidrasi, rambut rontok, kulit kering bahkan hingga ke irama jantung yang tidak beraturan (National Institute for Health and Care Excellence (NICE), 2017). 

Paling ekstrem anoreksia dapat berakibat fatal seperti kematian, penyakit ini mengakibatkan kematian hingga rasio 10% pada penderitanya. 

Oleh karena itu, ada beberapa cara agar terhindar dari anoreksia yaitu meningkatkan rasa percaya diri, menerima bentuk dan berat tubuh apa adanya, bersikap realistis, tidak mudah percaya dengan apa yang ditampilkan sosial media ataupun media karena bisa saja hanya editan. 

Selain itu, memperhatikan pola makan dan gizi disertai dengan olahraga secara teratur dan tidak berlebihan. Meningkatkan komunikasi dengan keluarga terutama orang tua pun sangat penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun