Lobha: Keserakahan dan ketamakan akan harta, kekuasaan, atau kesenangan duniawi yang berlebihan.
Matsarya: Iri hati dan dengki terhadap kebahagiaan atau kesuksesan orang lain.
Moha: Kebingungan, delusi, atau keterikatan buta yang membuat seseorang tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah.
Pikiran-pikiran negatif ini sering kali digolongkan dalam Sad Ripu, enam musuh dalam diri manusia. Praktik untuk memurnikan pikiran meliputi Swadhyaya (mempelajari kitab suci dan introspeksi diri), Dhyana (meditasi untuk menenangkan pikiran dan menjadi saksi atas kemunculan pikiran tanpa terhanyut), serta secara aktif mengembangkan pikiran positif seperti Maitri (cinta kasih universal), Karuna (welas asih), dan Mudita (turut berbahagia atas kebahagiaan makhluk lain).
Pilar Kedua - Wacika Parisudha: Kekuatan Suci dalam Perkataan
Jika pikiran adalah benih, maka perkataan (wacika) adalah tunas pertama yang muncul ke permukaan. Perkataan memiliki kekuatan dahsyat; ia bisa membangun atau menghancurkan, menyembuhkan atau melukai. Wacika Parisudha adalah seni menggunakan kekuatan ini secara bijaksana, yaitu berkata yang baik, benar, jujur, dan menyejukkan.
Ajaran Hindu mengklasifikasikan empat jenis perkataan buruk yang harus dihindari:
Anrta/Asatya: Berdusta atau berbohong, menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan kebenaran.
Pisuna: Memfitnah, mengadu domba, atau menyebarkan keburukan orang lain di belakangnya untuk menimbulkan perpecahan.
Parusa: Berkata kasar, mencaci maki, atau menghina. Kata-kata ini seperti panah beracun yang bisa meninggalkan luka batin mendalam.
Sambhinnapralapa: Omong kosong, bergosip, atau pembicaraan yang tidak bermanfaat yang hanya membuang-buang waktu dan energi.